KONTEKS.CO.ID - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof. Dr. Abdul Muti, M.Ed., baru-baru ini menyampaikan pandangannya soal hiburan anak-anak.
Dalam sebuah acara peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk Anak Sekolah di SDN Cideng 02 di Jakarta pada 4 Agustus 2025, dia mengimbau agar anak-anak lebih diarahkan untuk menonton tayangan edukatif seperti Dora the Explorer ketimbang bermain game seperti Roblox.
"Kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat, sehingga praktik kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak," ujar Abdul Muti di hadapan para siswa.
Baca Juga: 8 Organisasi Sekolah Swasta Gugat Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Gegara Aturan Rombel 50 Siswa
Menurutnya, Roblox memiliki konten yang mengandung kekerasan dan bisa menimbulkan pengaruh negatif, terutama karena anak-anak belum siap secara psikologis untuk menyaring informasi yang mereka terima dari game semacam itu.
Game Bisa Bahaya, Dora Justru Bikin Anak Lebih Cerdas
Prof. Mu'ti menyebut Dora the Explorer sebagai contoh konten yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengedukasi.
Tayangan seperti ini dinilai bisa melatih kemampuan berpikir anak, termasuk problem solving, membaca peta, hingga kemampuan bermasyarakat.
"Misalnya bagaimana pergi ke rumah nenek, itu kan bermasyarakat. Kemudian bagaimana cara ke sana, itu kemampuan membaca peta. Kalau ada sungai, harus cari solusi menyeberang, itu kan problem solving," jelasnya.
Baca Juga: Low Tuck Kwong Geser Hartono, Ini Daftar 10 Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes per Agustus 2025
Ia juga menyoroti pentingnya peran penyedia layanan digital untuk menciptakan konten yang ramah anak. Menurutnya, perlu ada ekosistem digital yang bisa meningkatkan kecerdasan serta karakter positif anak-anak.
Anak Sering Tiru Kekerasan dari Game, Ini Risikonya
Masalah utama dari game seperti Roblox, menurut Prof. Mu’ti, adalah anak-anak belum bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang fiktif. Alhasil, banyak anak yang meniru adegan kekerasan dalam game dan menerapkannya di dunia nyata.
"Misalnya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa. Tapi kalau dia main dengan temennya kemudian dibanting, kan jadi masalah," tegas Mu’ti.
Ia menegaskan bahwa fenomena ini bisa berdampak serius secara sosial dan psikologis, terutama jika orang tua tidak mengambil peran aktif dalam mengawasi dan membatasi paparan digital anak-anak mereka.
Baca Juga: Wakil Panglima TNI Akan Dilantik Setelah 25 Tahun Kosong, Siapa Kandidat Terkuat? Ini Nama-Namanya
Artikel Terkait
Roblox Eksploitasi Anak-anak Secara Seksual di Turki, Bagaimana di Indonesia?
Roblox Dilarang untuk Siswa SD, Ini Alasan Mendikdasmen Abdul Mu’ti
Roblox Diduga Memaparkan Anak pada Konten Berbahaya
Pemblokiran Roblox di Sejumlah Negara, Indonesia Siap Nyusul? Ini Alasan di Baliknya
Wakil Ketua MPR Ingin Ada Pembatasan Usia untuk Akses Game Roblox, Istana Siap Blokir