KONTEKS.CO.ID - Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, merasakan suhu yang lebih dingin dari biasanya.
Meski banyak yang mengaitkannya dengan fenomena aphelion, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa hal tersebut tidak berkaitan langsung dengan fenomena astronomi tahunan itu.
Sebagai informasi, aphelion adalah momen ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbitnya.
Biasanya, peristiwa ini terjadi pada bulan Juli setiap tahun. Namun, BMKG menegaskan bahwa aphelion tidak berdampak signifikan pada suhu udara di permukaan Bumi.
BMKG menjelaskan bahwa penurunan suhu ini lebih disebabkan oleh pergantian musim, bukan aphelion.
Berikut beberapa faktor utama yang menyebabkan hawa dingin terasa lebih nyata belakangan ini:
Baca Juga: KPK Sita Aset Tersangka Korupsi BPR Jepara Senilai 60 Miliar di Yogyakarta dan Klaten
-
Musim Kemarau dan Angin Monsun Australia
Indonesia kini mulai memasuki musim kemarau, yang ditandai dengan angin timuran dari Australia.
Angin ini bersifat kering dan dingin, dan kerap mendominasi wilayah selatan Indonesia saat pertengahan tahun. -
Langit Cerah Mempercepat Pendinginan
Minimnya tutupan awan menyebabkan langit lebih cerah di malam hari. Kondisi ini mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer, membuat suhu turun drastis pada malam hingga dini hari. -
Hujan yang Masih Turun di Beberapa Wilayah
Meskipun sedang musim kemarau, masih ada beberapa daerah yang diguyur hujan.
Menurut BMKG, hujan ini membawa massa udara dingin dari atas awan ke permukaan dan menghalangi sinar matahari untuk memanaskan daratan secara maksimal, yang menambah sensasi dingin.
Baca Juga: Cerita Dahlan Iskan soal Kronologi, Status Tersangka, Saham, dan Perseteruan dengan Jawa Pos
Menariknya, musim kemarau pada 2025 ini mengalami keterlambatan di sejumlah wilayah. Kepala BMKG menyampaikan bahwa hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah zona musim yang beralih ke kemarau.
Padahal secara normal, sekitar 64 persen wilayah Indonesia biasanya sudah memasuki musim kemarau pada periode yang sama.
Artikel Terkait
Cuaca Hari Ini di Indonesia: Dominasi Awan Tebal dan Hujan Ringan, Waspada Petir di Beberapa Kota
Pemerintah Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di Langit Jabodetabek, Berpotensi Diperluas
Kepala BMKG Dwikorita Ungkap Misteri Kondisi Cuaca saat KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali
Cuaca Ekstrem di Bulan Juli, Peneliti Ungkap Penyebab, Ada Anomali
Dua Ton Garam Ditabur di Langit Jabodetabek dalam Operasi Modifikasi Cuaca, Ini Hasilnya