Profil Almarhum Abdul Rahman Saleh, Jaksa Agung yang Bikin Geger Akibat 'Ustaz di Kampung Maling' di DPR

KONTEKS.CO.ID - Kabar duka datang dari dunia hukum Indonesia. Abdul Rahman Saleh bin Saleh Alwaini, mantan Jaksa Agung dan juga Hakim Agung, meninggal dunia pada Jumat, 4 Juli 2025, di Jakarta dalam usia 84 tahun.

Pria yang akrab disapa Arman itu mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 14.00 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan.

Jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka yang berlokasi di Jalan Pejaten Raya No 69, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Baca Juga: Profil dan Biodata Muhammad Rayyan Al Kadrie atau Muhammad Renald Kadri, Diduga Peras Pasangan Sesama Jenis Rp20 Juta

Sosok Abdul Rahman Saleh: Pengabdi Hukum Sejati

Abdul Rahman Saleh lahir di Pekalongan pada 1 April 1941. Ia menempuh pendidikan hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan lulus pada 1967.

Tak berhenti di situ, Arman melanjutkan studi Magister Kenotariatan di Universitas Indonesia (UI) dan meraih gelar pascasarjana dari fakultas yang sama pada 1995.

Perjalanan karier Arman terbilang beragam. Ia sempat menjadi wartawan di harian Nusantara Jakarta antara tahun 1968–1972.

Baca Juga: Kebut Kasus Pengadaan Mesin EDC Bank BRI, KPK Kembali Garap Mantan Wadirut Catur Budi Harto

Setelah itu, ia mendalami dunia bantuan hukum dan menjabat sebagai Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pada 1981–1984.

Arman juga aktif di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan pernah bekerja sebagai notaris serta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) hingga 1999.

Nama Arman makin dikenal saat dipercaya sebagai Hakim Agung di Mahkamah Agung Republik Indonesia periode 1999–2004, tepat pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Baca Juga: Isu Mabuk Jadi Penyebab Kecelakaan Maut Diogo Jota, Ini Pernyataan Fisioterapisnya!

Ia kemudian ditunjuk sebagai Jaksa Agung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjabat dari 2004 hingga 2007.

Saat menjabat, ia sempat menjadi sorotan karena disebut oleh anggota DPR sebagai “ustaz di kampung maling”, merujuk pada integritasnya di tengah banyaknya kasus korupsi.