KONTEKS.CO.ID - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sudah 386 jemaah haji yang meninggal dunia.
Jumlah jemaah haji wafat tersebut berdasarkan data dashboard Siskohatkes per tanggal 24 Juni 2025.
Di samping itu, hingga pukul 16.00 WAS di tanggal yang sama, tercatat ada 225.852 kunjungan rawat jalan oleh jemaah di Daerah Kerja Makkah dan Madinah.
Baca Juga: Neymar Perpanjang Kontrak di Santos hingga Akhir 2025: Ini Rumah Saya
Tingginya angka kunjungan ini memunculkan beberapa masukan dari jemaah terkait pelayanan kesehatan. Khususnya menyangkut jumlah petugas yang dinilai terbatas dibandingkan jumlah jemaah yang dilayani.
“Saya dari Kloter 32, Enrekang. Saat berobat di Pos Kesehatan, hanya ada satu dokter dan satu perawat. Padahal jumlah jemaah kami sekitar tiga ratusan orang, banyak yang lansia,” beber Mariani Kadang, jemaah asal Sulawesi Selatan, saat ditemui MCH di Hotel 211, Makkah, Rabu 24 Juni 2025.
Hal serupa disampaikan oleh Suherman S Bakak dari kloter yang sama. Ia memahami tantangan yang dihadapi petugas kesehatan dalam memberikan layanan kepada jumlah jemaah yang besar.
Baca Juga: Profil dan Biodata Juliana Marins plus Jeritan Hati Keluarga Picu Perang Komentar Netizen Indonesia Vs Brasil
“Kalau hanya satu dokter yang melayani ratusan jemaah, tentu akan kewalahan. Kesehatan petugas juga perlu diperhatikan karena mereka bekerja dalam tekanan dan waktu istirahat sangat terbatas,” ujarnya.
Beberapa petugas kesehatan di lapangan juga membagikan pengalamannya. Dalam beberapa kasus, satu tim medis mengampu dua hotel sekaligus karena keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di lokasi.
“Di Hotel 210, kami dari Kloter KJT dengan satu dokter, satu perawat, dan satu tenaga dari Petugas Haji Daerah (PHD), juga membantu jemaah di Hotel 211 yang belum memiliki petugas TKHK,” keluh dr Muhammad Ulin Nuha, TKHK dari Kloter KJT 20 Jawa Barat.
Baca Juga: Nasib Surat Pemakzulan Gibran di MPR, Ahmad Muzani Ngaku Belum Tahu Ada Surat dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI
Menurut dia, skema pelayanan yang ada saat ini lebih bersifat berbasis hotel ketimbang kloter. Sehingga distribusi petugas kesehatan menjadi tidak merata.
Ia menambahkan, idealnya rasio petugas kesehatan adalah satu dokter dan satu perawat untuk setiap 120–150 jemaah agar pelayanan bisa lebih optimal.
“Kalau ada yang harus dirujuk ke rumah sakit, minimal butuh 2–5 jam. Jika hanya satu petugas yang tinggal di hotel sementara yang lain merujuk, maka pelayanan di hotel bisa terganggu,” katanya.
Baca Juga: Preview Inter Milan Vs River Plate: Laga Penentu di Grup E Piala Dunia Antarklub 2025
Ulin juga mengusulkan agar formasi kloter disesuaikan untuk memudahkan distribusi layanan kesehatan. Dengan penyesuaian rasio dan beban kerja, ia berharap pelayanan kesehatan kepada jemaah haji dapat lebih maksimal.
Masukan dari jemaah dan petugas ini menjadi bagian dari upaya perbaikan layanan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pemerintah diharapkan dapat menjadikan evaluasi ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan ke depan. ***
Artikel Terkait
Saudi Airlines Diancam Bom Berisi Jemaah Haji Depok, Pesawat Mendarat Darurat di Medan
Puluhan Jemaah Haji Indonesia Positif COVID-19 di Arab Saudi
Kemenag Diminta Perketat Seleksi Kesehatan Calon Jemaah Haji Tahun 2026, Banyak yang Wafat di Tanah Suci
Jemaah Haji Wafat Dapat Asuransi Kematian, Begini Syarat dan Cara Ahli Waris Ajukan Klaim
Tiga Jemaah Haji Hilang di Arab Saudi, Dicari Belum Ketemu, Berikut Nama-namanya