KONTEKS.CO.ID - Proyek ambisius penulisan ulang Buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) yang diinisiasi Kementerian Kebudayaan justru menuai kritik tajam.
Salah satunya datang dari Profesor Harry Truman Simanjuntak, arkeolog senior dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yang memilih mundur dari tim penyusun karena menemukan kejanggalan serius dalam prosesnya.
Dalam diskusi daring pada Rabu, 18 Juni 2025, Truman secara terbuka membeberkan alasan pengunduran dirinya dan menyoroti risiko distorsi sejarah jika kejanggalan-kejanggalan ini dibiarkan.
Baca Juga: Amerika Serikat Siap Serang Iran Usai Pernyataan Tak akan Menyerah ke Israel
1. Proses Penulisan Terlalu Singkat dan Terburu-buru
Menurut Truman, proyek penulisan ulang SNI ditargetkan selesai pada Juni 2025, padahal rapat awal baru dimulai akhir November 2024.
Ia menilai waktu tersebut tidak realistis. Sebagai perbandingan, penulisan buku “Indonesia dalam Arus Sejarah” memakan waktu 10 tahun.
Truman mempertanyakan kredibilitas hasil yang bisa dihasilkan dari waktu penyusunan yang sangat singkat.
Baca Juga: Bisnis Kuliner Singapura Ambruk, 307 Kedai hingga Klub 1880 Tutup, Indonesia Wajib Waspada
2. Konsepsi Ditentukan oleh Penguasa, Bukan Sejarawan
Kejanggalan berikutnya adalah konsepsi dasar buku disusun oleh editor umum berdasarkan arahan pemerintah, bukan hasil diskusi akademik terbuka.
Menurutnya, penyusunan buku sejarah seharusnya diawali dengan seminar nasional dan masukan dari para ahli, bukan hanya melalui dua-tiga kali rapat terbatas.
Baca Juga: DPR Kebut Pembahasan RUU KUHAP, Habiburokhman: Ini Sudah Emergency!
"Ini bukan sejarah yang lahir dari fakta, tapi bisa jadi alat legitimasi," tegasnya.
3. Outline Sudah Jadi, Tapi Bukan Dibuat oleh Ahli Prasejarah
Tim penulis disodorkan outline 10 jilid yang telah jadi, termasuk untuk jilid prasejarah, tanpa diskusi terlebih dahulu dengan pakar bidang tersebut.
Truman menilai ini sebagai langkah yang tidak ilmiah dan berpotensi menurunkan kualitas narasi sejarah.
Artikel Terkait
Hendardi Sebut Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Dinilai Terburu-buru
DPR Panggil Fadli Zon untuk Klarifikasi Ucapan Tragedi Mei 98 Hanya Rumor
Koalisi Masyarakat Sipil Desak Fadli Zon Minta Maaf Soal Ucapan Tragedi Mei 98: Cederai Korban dan Langgengkan Impunitas
Fadli Zon Tolak Minta Maaf Soal Pernyataan Pemerkosaan Massal Mei 98
Aktivis 98: Pernyataan Fadli Zon Mengingkari Luka Bangsa dan Mengkhianati Kebenaran Sejarah