Proses penambangan dan hilirisasi kerap melibatkan pembabatan hutan, pencemaran air dan udara, serta penggunaan energi dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara.
Menurut Greenpeace, alih-alih mendorong transisi energi berkelanjutan, industri nikel justru menciptakan ironi.
Di satu sisi, ia menjanjikan ekonomi hijau.
Namun di sisi lain, ia merusak lingkungan dan memicu konflik sosial di wilayah-wilayah yang sebelumnya tenang dan harmonis.***
Artikel Terkait
Terungkap, Ada Nama Eks Menteri dan Tangan Kanan Aguan di Perusahaan Tambang Nikel Raja Ampat
Ada Nama Mantan Plt Dirjen Minerba di Perusahaan Tambang Nikel Raja Ampat, CERI: Bahlil Bohongi Publik?
Kunjungan Menteri Bahlil Salah Sasaran, Aktivitas 2 Perusahaan Tambang Nikel Ini Justru yang Ancam Raja Ampat, Bukan di Pulau Gag
Menteri LH: Kegiatan Tambang PT GAG Nikel Penuhi Kaidah-kaidah Lingkungan, Tetap Jalankan Operasional Berkelanjutan di Raja Ampat
Ramai Tambang Rusak Raja Ampat, ITS Resmi Buka Prodi S1 Teknik Pertambangan