Sejak mengantongi izin operasi produksi pada 2017 dan memulai operasional tahun 2018, Gag Nikel mengklaim telah menjalankan sejumlah program keberlanjutan.
Di antaranya, rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 666,6 hektare, reklamasi tambang seluas 136,72 hektare dengan lebih dari 350 ribu pohon ditanam, termasuk 70 ribu pohon endemik.
Tak hanya itu, perusahaan juga melaksanakan program transplantasi terumbu karang seluas 1.000 meter persegi di pesisir Raja Ampat serta pemantauan kualitas lingkungan secara berkala.
Dia berkata, seluruh parameter pencemar udara dan air masih jauh di bawah ambang batas.
"Operasi PT Gag Nikel di Raja Ampat menjadi bukti bahwa tambang dan konservasi bisa berjalan beriringan dengan prinsip tanggung jawab," kata dia.
Sebelumnya, Bahlil mengatakan, penghentian operasi tambang dilakukan untuk keperluan pengecekan lapangan.
Proses verifikasi, kata dia, masih berlangsung dan hasilnya akan diumumkan setelah semua data terkumpul.
"Untuk sementara kita hentikan operasinya. Sampai dengan verifikasi lapangan, kita akan cek. Nah, tetapi apapun hasilnya, nanti kami akan sampaikan setelah cross-check lapangan terjadi," terang Bahlil.***
Artikel Terkait
Lewat Buku 'Merajut Kisah dari Pulau ke Pulau', Lisa Febriyanti dan Mahendra Uttunggadewa Ungkap Sejarah Sub-Suku Usba di Raja Ampat
Tolak Tambang Nikel, Institut Usba: Raja Ampat Bukan Koloni Industri ,Tapi Warisan Dunia yang harus Dilindungi!
Greenpeace dan Anak Muda Papua Suarakan Ancaman Tambang Nikel di Raja Ampat
Seskab Sebut Pemerintah Bertindak Cepat soal Tambang Nikel di Raja Ampat
Wamenpar Ungkap Turis yang Datang ke Raja Ampat Habiskan Banyak Uang, Minta Alamnya Dijaga