KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Indonesia mencatat penurunan ekspor batu bara pada kuartal pertama tahun 2025.
Hal ini dikonfirmasi Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surya Harjuna.
Menurutnya, volume ekspor menyusut 11 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal pertama 2024, ekspor batu bara Indonesia mencapai 171 juta ton.
Namun, pada periode yang sama tahun ini hanya tercatat 160 juta ton.
Surya menyebut permintaan yang melambat dari negara mitra utama Indonesia seperti China dan India sebagai salah satu penyebab, selain faktor harga.
“Mesin manufaktur di Tiongkok dan India sedang melambat, jadi memang ada penurunan,” ujar Surya dalam diskusi eksklusif yang diselenggarakan oleh Investortrust, Jumat, 30 Mei 2025.
Baca Juga: Hilirisasi Batu Bara Masih Terpaku Pada Gasifikasi
Menurut Surya, lemahnya ekspor tidak hanya disebabkan oleh Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang ditetapkan pemerintah, tetapi juga oleh pelemahan konsumsi global akibat perang dagang dan transisi ekonomi di negara tujuan ekspor.
Selain ekspor, konsumsi domestik batu bara Indonesia juga mengalami penurunan.
Sepanjang awal 2025, konsumsi domestik tercatat hanya 12 juta ton, turun dari 16 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Surya menjelaskan kondisi ini diperparah oleh tarik-ulur geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Baca Juga: Laba Bersih BUMI Meroket 45,5 Persen di Tengah Penurunan Pendapatan dan Harga Batu Bara
“Pemerintah berharap situasi global lebih stabil, tetapi setelah kemenangan Trump, arah pasar global berubah. Pasar batu bara pun mulai menyimpang dari prediksi awal,” katanya.
Artikel Terkait
UU Minerba Sudah Sah: UMKM, Kampus hingga Ormas Kini Boleh Tambang Mineral dan Batu Bara
Pemerintahan Prabowo Genjot Gasifikasi Batu Bara, Targetkan Dimethyl Ether Gantikan LPG
Harga Batu Bara Terkapar, Produksi India Banjiri Pasar dengan 1 Miliar Ton