Pernyataan ini memperkuat legitimasi perjuangan Marsinah sebagai bagian dari sejarah penting pergerakan buruh di Indonesia.
Siapa Marsinah?
Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia dibesarkan oleh sang nenek setelah ibunya meninggal saat Marsinah berusia tiga tahun.
Masa kecilnya diwarnai dengan kerja keras membantu neneknya menjual gabah dan jagung.
Karena kesulitan ekonomi, Marsinah tak melanjutkan kuliah meskipun bercita-cita menjadi sarjana hukum.
Ia memilih merantau ke Surabaya dan bekerja sebagai buruh pabrik. Di situlah, jiwa perjuangannya mulai tumbuh.
Pada 1993, saat bekerja di PT Catur Putera Surya (CPS) Sidoarjo, ia menjadi sosok penting dalam memimpin aksi buruh untuk menuntut kenaikan upah, cuti haid, dan hak-hak lainnya.
Ia juga mendesak pembubaran Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang dianggap tidak mewakili buruh.
Baca Juga: 21 Mei 2025 Memperingati Hari Apa? Hari Reformasi Nasional hingga Hari Migrasi Ikan Sedunia
Penculikan dan Kematian Tragis
Marsinah terakhir kali terlihat pada malam 5 Mei 1993, saat ia mendatangi kantor Koramil untuk mempertanyakan nasib 13 rekannya yang ditahan.
Sejak malam itu, ia menghilang dan baru ditemukan pada 9 Mei 1993 di hutan wilayah Wilangan, Nganjuk, dalam kondisi mengenaskan.
Tubuh Marsinah penuh luka, tulang punggungnya hancur, dan ditemukan bercak darah di sekitar tubuhnya.
Baca Juga: Matcha Makin Diburu, Dunia Hadapi Krisis Teh Hijau
Dugaan kuat menyebut ia sempat mengalami kekerasan seksual sebelum dibunuh.
Artikel Terkait
10 Tokoh Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Gus Dur Hingga Soeharto Masuk Daftar
Hari Buruh 2025, Raffi Ahmad Ngaku Satu Suara dengan Prabowo: Kita Harus Beri Kesejahteraan
Terus Bertambah, 5.511 Orang Teken Petisi Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Polisi Tangkap 13 Pendemo Hari Buruh 2025 di DPR, Bawa Petasan Hingga Lempar Mobil di Jalan Tol
Respons KPK Soal RUU Perampasan Aset Saat Presiden Prabowo Pidato Hari Buruh