lifestyle

Emirates Pakai Teknologi AI untuk Prediksi Turbulensi Selama Penerbangan, Maskapai Indonesia Kapan?

Senin, 10 November 2025 | 10:11 WIB
Maskapai Emirates gunakan teknologi AI untuk memprediksi turbulensi selama penerbangan (Foto: Pexels)

KONTEKS.CO.ID - Perubahan iklim tidak hanya memengaruhi suhu bumi dan cuaca di darat, namun juga langit tempat pesawat terbang.

Para ilmuwan menyebut, udara kini semakin "bergelombang" dan membuat penerbangan lebih rentan terhadap turbulensi.

Menghadapi tantangan itu, maskapai yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Emirates kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu memprediksi kapan dan di mana turbulensi akan terjadi.

Selama ini, turbulensi kerap sulit dihindari karena tidak bisa sepenuhnya terdeteksi radar cuaca di kokpit, dan sering kali muncul di area yang sangat lokal, sehingga tak terbaca oleh model cuaca konvensional.

Baca Juga: Maskapai Korsel Buka Rute Incheon–Manado, Perluas Akses Turis Korea ke Indonesia Timur

“Kami sudah melihat potensi besar dari sistem ini. Meskipun masih tahap awal, teknologi ini membantu mengurangi kejadian turbulensi parah yang tidak terduga,” ujar Wakil Presiden Senior Divisi Operasi Penerbangan Emirates, Kapten Hassan Alhammadi, mengutip Euronews, Senin, 10 November 2025.

Teknologi baru Emirates ini menggabungkan pembelajaran mesin (machine learning), data turbulensi dari ribuan penerbangan, serta laporan pilot untuk memberikan visualisasi turbulensi secara real-time kepada kokpit. Dengan begitu, pilot dapat menyesuaikan jalur terbang sebelum pesawat benar-benar memasuki area bergelombang.

Emirates mengklaim, sistem ini sudah membantu menurunkan jumlah insiden turbulensi berat dalam setahun terakhir, sebuah terobosan penting di tengah meningkatnya risiko akibat perubahan iklim.

55 Persen Langit Lebih Bergelombang

Penelitian dari University of Reading, Inggris, menemukan bahwa langit kini 55 persen lebih bergelombang dibandingkan empat dekade lalu.

Penyebabnya karena udara yang lebih hangat akibat emisi karbon dioksida telah mengubah pola arus udara di atmosfer, terutama di jalur penerbangan padat seperti Atlantik Utara.

Baca Juga: Mengungkap Jenis-Jenis Turbulensi dalam Penerbangan yang Perlu Diketahui

Antara 1979 hingga 2020, durasi tahunan turbulensi parah di kawasan itu meningkat lebih dari 50 persen.

Fenomena serupa juga terdeteksi di jalur penerbangan lain seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Atlantik Selatan.

Halaman:

Tags

Terkini