KONTEKS.CO.ID - Merasa cemas berlebihan, sering overthinking soal masa depan, atau mudah stres karena hal-hal kecil di luar rencana adalah hal yang lazim terjadi.
Tapi jika kondisi ini terus-menerus menguras energi dan mengganggu ketenangan, mungkin Anda perlu mengatasi mengatasinya dengan filsafat Stoisisme (Stoicism). Agar bebas stres.
Filosofi praktis ini mengajarkan setiap manusia tidak berusaha untuk mengendalikan semua kondisi yang sebenarnya tidak bisa dikendalikan.
Filosofi ini bisa dipraktikkan oleh siapa saja yang ingin lebih tangguh secara mental dan tidak mudah goyah oleh opini orang lain atau kejadian tak terduga.
Baca Juga: Besok Prabowo Umumkan Pahlawan Nasional Baru, Bagaimana Nama Soeharto?
Fokus pada Kendali
Filsuf Amerika William B. Irvine mengatakan, salah satu strategi utama Stoik untuk menghindari frustrasi adalah dengan berfokus hanya pada hal-hal yang dapat kita kendalikan.
Misalnya, ketika Anda terjebak macet, Anda bisa memilih tetap menjaga perasaan dan tenang, dibanding emosi.
Dengan tidak mengkhawatirkan hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, Anda akan menghindari banyak tekanan dalam hidup Anda.
Baca Juga: Menteri Maman: Kopling 2025 Wadah Sinergi UMKM dan Musisi Perkuat Ekonomi Kreatif
Belajar dari Kegagalan
Psikolog Carol Dweck dalam penelitiannya di Stanford juga ejalan dengan kaisar Stoik Marcus Aurelius. Dia menjelaskan bahwa kegagalan bukanlah label.
Prinsip Stoik mengajarkan manusia melihat kegagalan sebagai kesempatan belajar dan tumbuh. Bukan menambah penderitaan kedua dengan membuat label kalau kitabodoh di atas kegagalan.
Siap Hadapi Skenario Buruk
Filsuf Seneca dalam karyanya Letters from a Stoic menyarankan kita untuk berlatih menghadapi skenario terburuk. Bukan overthinking, memikirkan skenario buruk di kepala yang ditujukan agar bisa mempersiapkan mental.