Analisis DNA Perkuat Bukti Spesies Baru
Selain morfologi, para peneliti menggunakan analisis DNA mitokondria (COI) dan gen 28S nuklir.
Baca Juga: Presiden Prabowo Minta Universitas Buka Studi Baru 'Serakahnomics'
Hasilnya menunjukkan perbedaan genetik yang signifikan dibanding kerabat terdekatnya, Cherax pulcher. Ini memperkuat posisi C.
pulverulentus sebagai spesies baru, bukan sekadar variasi warna.
Langkah ini penting untuk konservasi, karena tanpa nama resmi, spesies ini tidak bisa dimasukkan dalam daftar perlindungan seperti CITES.
Akibatnya, ekspor ilegal dari alam liar terus berjalan tanpa kendali.
Baca Juga: Koperasi Merah Putih Ditutup Sehari Usai Diresmikan Mitra Tarik Semua Barang
Habitat Rentan, Ancaman Invasif
Di alam liar, udang ini hidup di sungai dangkal yang teduh dan kaya oksigen, dengan substrat pasir dan daun-daun gugur.
Namun, ancaman datang dari perburuan berlebihan, terutama saat musim kemarau.
Yang lebih mengkhawatirkan, satu individu ditemukan di mata air panas Hungaria.
Baca Juga: Usai Beli Boeing, Haji Isam Kini Borong 4 Kapal Keruk, Harga Sekitar Rp400 Miliar Per Satu Kapal
Ini menunjukkan pelepasan ke alam liar oleh penghobi akuarium.
Kasus seperti ini berpotensi jadi ancaman ekologis karena udang non-native bisa membawa penyakit dan merusak populasi asli.
Peran Penting Penghobi dan Otoritas
Para peneliti mendesak otoritas Indonesia untuk memetakan distribusi udang ini dan mengatur volume pengambilan dari alam.
Baca Juga: Barcelona Resmi Dapatkan Rashford, Rekrutan Ketiga Musim Ini