lifestyle

Membalik Nasib, Pala Papua Kini Mulai Dilirik Hermes dan Chanel Berkat Kerja Keras Para Perempuan Adat

Senin, 30 Juni 2025 | 06:15 WIB
Pala Papua dulu diabaikan kini diburu industri parfum seperti Hermes dan Chanel berkat para perempuan adat. (Foto Kaleka)

KONTEKS.CO.ID - Sekelompok perempuan adat tengah berusaha membalik nasib dengan mengubah buah Pala Papua menjadi komoditas bernilai tinggi yang kini dilirik oleh industri parfum dunia seperti Hermes dan Chanel.

Bagi masyarakat adat Papua, buah pala adalah warisan dari leluhur. Namun, harga jualnya sangat rendah dan siklus panen yang hanya dua kali setahun membuat banyak petani kesulitan secara ekonomi. 

Tapi berkat kerja keras para perempuan adat yang dipimpin Mama Siti bersama  Wewowo Lestari dan Kaleka, Pala Papua diolah hingga kini mulai diburu industri parfum dunia.

Baca Juga: Gantung Raket, The Minion Kevin Sanjaya Melesat Jadi Direktur MNC Vision Networks, Perusahaan Milik Hary Tanoe

Pala Papua, Penjelmaan Perempuan, Dikenakan Kebaya

Dianggap sebagai "penjelmaan perempuan", pohon pala memainkan peran penting dalam menopang masyarakat, dan tabu yang ketat melarang penebangan pohon-pohon ini.

Rasa hormat yang mendalam terhadap pohon pala Papua telah menyebabkan tradisi unik seputar panennya.

Dua bulan sebelum musim panen, masyarakat adat akan duduk bersama dan berdiskusi "wewowo" dalam bahasa lokal. Sebelum melakukan upacara, secara simbolis, mereka "mengenakan" pohon pala dengan kebaya.

Ini adalah tanda bahwa tidak ada yang bisa memanen pala muda dan mereka menyebutnya "kera-kera".

Baca Juga: Ridwan Kamil Mesra Bareng Atalia Usai Gugat Lisa Mariana Rp105 Miliar, Netter: Samawa Lovebird

Pohon-pohon itu "dilepaskan kebayanya" tepat sebelum panen, memungkinkan masyarakat untuk mulai memanen pala Papua. Setelah panen, mereka meninggalkan lahan untuk pulih secara alami.

Gunakan Teknologi dan Tetap Patuh pada Adat

 

Dipimpin oleh Mama Siti yang berusia 52 tahun, para petani perempuan ini mempertahankan tradisi, memperjuangkan kelestarian hutan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas mereka melalui inovasi berkelanjutan.

“Pohon pala di hutan desa dusun pala, Desa Pangwadar, Kecamatan Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat rata-rata sudah banyak, jadi tugas laki-laki biasanya hanya memanjat pohon untuk mengambil buah yang sudah matang," jelas Mama Siti.

Petani pala sekaligus dewan pengawas anggota koperasi perempuan adat di Papua Barat ini menjelaskan, "Untuk pengolahannya, sejauh ini sudah ada 118 wanita yang membersihkan buah pala, memisahkan daging dan bijinya, lalu menjemurnya di bawah sinar matahari.”

Halaman:

Tags

Terkini