KONTEKS.CO.ID - Eksperimen sejumlah pengguna perempuan di LinkedIn memicu perdebatan baru mengenai dugaan bias algoritma setelah mereka mengubah identitas profil menjadi laki-laki dan melihat lonjakan tajam dalam jangkauan serta keterlibatan.
Tren ini bermula bulan lalu ketika beberapa perempuan mulai mengklaim bahwa visibilitas mereka meningkat drastis setelah mengadopsi alias beridentitas maskulin.
Para pengguna tersebut mengganti nama seperti 'Simone' menjadi 'Simon', menukar kata ganti menjadi 'he/him', hingga meminta AI menulis ulang unggahan lama dengan gaya tutur maskulin.
Beberapa bahkan menambahkan kumis tempel di foto profil sebagai bagian dari eksperimen.
Hasilnya, banyak yang melaporkan perubahan signifikan pada statistik keterlibatan. Pengusaha asal London, Jo Dalton, menulis bahwa perubahannya secara tidak sengaja memecahkan rekor keterlibatan LinkedIn sendiri dan mencatat peningkatan jangkauan hingga 244 persen.
“Inilah saya, dengan kumis tempel, murni demi kepentingan sains untuk melihat apakah saya bisa mengelabui algoritma agar mengira saya seorang pria,” ujarnya, melansir France24, Kamis, 4 Desember 2025.
CEO Daya Ventures asal Swedia, Malin Frithiofsson, menilai fenomena tersebut menegaskan 'kesenjangan gender' yang telah lama dirasakan perempuan profesional.
“Kita berada di titik di mana perempuan mengubah gender LinkedIn mereka menjadi pria, bahkan meminta AI menulis ulang biodata mereka seolah-olah seandainya ditulis pria, dan jangkauan mereka meroket,” kata Frithiofsson.
Meski begitu, LinkedIn membantah adanya bias gender dalam sistem mereka. “Algoritma kami tidak menggunakan gender sebagai sinyal peringkat, dan mengubah gender di profil Anda tidak memengaruhi tampilan konten Anda,” ujar juru bicara LinkedIn kepada AFP.
Baca Juga: LinkedIn Perluas Jangkauan dengan Masuk ke Bisnis Game
Namun penjelasan tersebut memicu skeptisisme. Para perempuan yang melihat lonjakan keterlibatan menuntut transparansi lebih dalam mengenai cara kerja algoritma yang menentukan visibilitas unggahan.
LinkedIn melalui manajernya, Sakshi Jain, menjelaskan bahwa algoritma platform mempertimbangkan ratusan sinyal seperti jaringan pengguna dan aktivitas mereka, serta meningkatnya volume konten yang menciptakan persaingan lebih besar.
Artikel Terkait
Microsoft LinkedIn Pecat 668 Karyawan: Pekerja Teknik, Bakat, Keuangan Kena Semua
Strategi Efektif dalam Mempresentasikan Diri di Profil LinkedIn yang Menarik Perusahaan
LinkedIn Gangguan: Dampak dan Tanggapan Seusai Down-nya Platform Jaringan Profesional
LinkedIn Perluas Jangkauan dengan Masuk ke Bisnis Game
15 Perusahaan Terbaik Versi LinkedIn untuk Berkembang Karier di Indonesia, Ternyata Perbankan dan Keuangan Jadi Terbaik