KONTEKS.CO.ID - Pengendara Rubicon bernama Mario Dandy Satriyo, anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu yang menganiaya putra pengurus GP Ansor disebut lulusan SMA Taruna Nusantara.
Mario Dandy Satriyo lulusan SMA Taruna Nusantara awalnya disebut akun Twitter @LenteraBangsaa_ yang mengunggah aksi penganiayaan yang dilakukan pemilik Rubicon anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu terhadap putra pengurus GP Ansor.
Mario Dandy Satriyo disebut alumni dari SMA Taruna Nusantara. Dia mengendarai Rubicon dan anak pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu hingga berujung menganiaya putra pengurus GP Ansor.
"Korban atas nama David dan Pelaku utama bernama Mario Dandy Satriyo menggunakan kendaraan Rubicon B 120 DEN (plat aslinya B 2571 PBP). Pelaku utama merupakan lulusan Taruna Nusantara," tulis akun Twitter @LenteraBangsaa_ dilihat kembali Kamis 23 Februari 2023.
Terkini, terungkap jika Mario Dandy Satriyo bukanlah alumni dari SMA Taruna Nusantara.
Mario Dandy Satriyo hanya pernah mengenyam pendidikan di SMA Nusantara.
Dia tak menjadi alumni lantaran drop out (DO) karena tak pernah kegiatan belajar mengajar (KBM) daring hingga kenaikan kelas.
"Ybs (Mario Dandy Satriyo) bukan lulusan SMA TN (Taruna Nusantara) dan dikeluarkan (DO) karena tidak pernah ikut pelajaran sampai kenaikan kelas," tulis informasi itu.
Informasi tersebut sekaligus meluruskan kabar yang beredar dan banyak yang mendiskreditkan SMA Taruna Nusantara.
Untuk diketahui, SMA Taruna Nusantara adalah sekolah yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah.
SMA Taruna Nusantara berdiri di atas tanah milik Akademi Militer yang lokasinya tidak jauh dari Akademi Militer.
SMA Taruna Nusantara sering dianggap sebagai sekolah semi-militer.
Sebab, di SMA Taruna Nusantara terdapat kegiatan rutin seperti bangun pagi yang terjadwal, apel pagi, apel siang, apel malam dan lain sebagainya.
Sejumlah mata pelajaran di SMA Taruna Nusantara juga berbeda dari SMA pada umumnya lantaran ada mata pelajaran Kenusantaraan, Bela Negara dan Kepemimpinan.
Seorang tokoh yang lulus dari SMA Taruna Nusantara adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono.***