Bisnis ini membuat Borsumij tergiur untuk juga merakit mobil yang mirip dengan Demmo. Mereka menamakannya "Atax". Jika pionirnya bermesin Amerika, maka Atax menggedong mesin dari Inggris.
Seperti pendahulunya, Atax mulai banyak terlirik oleh pasar. Alhasil, transportasi tradisional benar-benar terlupakan masyarakat.
Tak mau tergusur begitu saja, Asosiasi Kusir di Malang melakukan unjuk rasa. Aksi itu juga terpicu oleh artikel di koran setempat yang mengungkapkan transportasi mesin akan segera menggantikan kuda dari jalanan.
Baca Juga: Kisah Sedih di Balik Kesuksesan Alfred Bernhard Nobel: Pacar Dihamili Orang, Mati Dalam Kesendirian
Mereka lantas menuntut pemerintah melarang Demmo, Atax dan sejenisnya untuk mengangkut lebih dari empat penumpang. Juga melarang bus mengambil penumpang di jalanan.
Para kusir mendesak agar delman boleh parkir di manapun, ada pengurangan biaya penguburan bangkai kuda, dan penghapusan biaya pemeriksaan untuk kuda dokar.
Bukan hanya menyangkut kuda sebagai "motor" delman, Asosiasi Kusir juga menyinggung seragam yang harus mereka kenakan. Mereka menolak aturan jas kusir harus berkerah merah.
Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham
Kejayaan yang Berakhir karena Perang
Sayangnya, era emas mobil pertama Indonesia berharga murah tak lama. Pabrikan otomotif lokal itu mulai kesulitan mendapatkan bahan baku mobil dan suku cadangnya.
Kondisi tak bersahabat itu lantaran situasi politik dan ekonomi kolonial Belanda yang terpecah saat itu. Ini tak menguntungkan Demmo dan Atax yang kian menjadi favorit pasar.
Di tahun 1940-an saat penjajah Jepang masuk menggantikan Belanda, Demmo pada akhirnya menjadi kendaraan langka. Bahkan hilang dari muka bumi Nusantara.
Baca Juga: Mikhail Kalashnikov, Pencipta Senapan Serbu 'Sejuta umat' AK-47 yang Merasa Berdosa di Akhir Hidupnya
Kondisi yang mematikan industri otomotif lokal itu tak lain karena perusahaan memutuskan tutup. Keduanya sekarang tak bisa kita jumpai di mana pun di Tanah Air.
Seandainya kedua merek itu tetap hadir, mungkin rakyat Indonesia bisa berharap banyak dengan kendaraan lokal berharga murah. ***