kontekstory

Omar Dhani: Panglima Termuda Kesayangan Soekarno, Dipenjara Soeharto Hampir 30 Tahun Gegara Tergesa-gesa

Senin, 2 Oktober 2023 | 18:52 WIB
Omar Dani dan Bung Karno. (Foto: repro Buku 'Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku: Pledoi Omar Dhani)

Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa

Dhani sendiri baru tahu mengenai isi radiogram itu setelah menjalani penahanan di Cibogo, Bogor. Dhani kaget begitu mengetahui isi radiogram yang dikirimkan Leo terlalu keras.

Hari-hari selanjutnya semakin berat bagi Omar Dhani.

Soekarno 'Tugasi' Omar Dhani

Tekanan terhadap Omar Dhani dan AURI semakin berat. Dalam sidang kabinet 6 Oktober 1965, sebagian besar menteri tidak ramah kepadanya. "Hanya Menteri Kesehatan Prof Dr Mayjen Satrio yang masih tetap bersikap biasa," kata Dhani dalam buku biografi "Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku".

Baca Juga: Piala Dunia 2002 Korsel dan Jepang, Kontroversi Prestasi Tertinggi dari Skandal Sepak Bola Terbesar Sepanjang Sejarah

-
Omar Dhani dan buku biografinya. (Foto: Istimewa)

Ia pun mengajukan surat pengunduran diri sebagai Menpangau. Awalnya Soekarno menolak pengunduran diri itu.

Tetapi demi menghindari friksi antarangkatan, Bung Karno menugaskan Dhani melakukan perlawatan ke negara-negara Eropa dan Asia untuk menjajaki kerja sama luar negeri. Untuk sementara jabatan Panglima AURI dipegang oleh Sri Mulyono Herlambang.

Tiga hari sebelum berangkat, Dhani bersama Sri Mulyono Herlambang menghadap Presiden Soekarno untuk berpamitan. Sembari berbincang, Dhani bertanya, "Pak, apakah Bapak masih percaya kepada saya?"

Baca Juga: Sejarah Satudarah MC, Geng Motor Ciptaan Orang Maluku: Paling Ditakuti di Eropa, Dicekal di Jerman dan Austria

Soekarno menjawab, "Jangan ragu, aku tetap percaya kepada dirimu. Sasaran mereka bukan dirimu. Kamu dan Soebandrio hanya sasaran semu, sasaran sebenarnya adalah diri saya."

Pada 19 Oktober 1965 ia berangkat bersama istrinya yang sedang hamil besar bersama anak-anaknya ke Phnom Penh, Kamboja, menggunakan pesawat Hercules.

Di Phnom Penh, Omar Dani menyewa rumah tak jauh dari Konsulat Jenderal Indonesia. Selama hampir enam bulan dia tinggal di rumah itu.

Baca Juga: Kisah Sedih di Balik Kesuksesan Alfred Bernhard Nobel: Pacar Dihamili Orang, Mati Dalam Kesendirian

Sementara di Jakarta, Soekarno mulai kehilangan kekuatan. Kekuasaannya goyah sejak terbitnya Supersemar. Perlahan, posisi politik Soeharto semakin kuat.

Omar Dhani pun menjadi 'buruan' Soeharto. Panglima AD ini mengerahkan personel intelijen untuk memata-matai kegiatan Dhani di Kamboja. Orang yang mendapat tugas untuk memata-matai Dhani adalah Kolonel Nicklany Soedardjo. Nicklany adalah sahabat dekat sekaligus teman SMA Dhani semasa di Solo.

-
Nicklany Soedardjo, perwira intelijen Polisi Militer yang menggagas pembentukan Satsus Intel, unit kontra intelijen yang tugasnya nenangkap mata-mata asing yang beroperasi di Indonesia. (Foto: Flickr/Zahra Nichlany)

Belakangan Omar Dhani tahu bahwa Nicklany berada di luar negeri karena tugas dari Soeharto dan Nasution. Sejak Desember 1965, Nikleany yang bertugas di Seskoad mendapat perintah untuk menguntit Omar Dhani ke luar negeri.

Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Nike Ardilla: Cinta Segitiga, Konspirasi, Hingga Dugaan Keterlibatan Keluarga Cendana

Di satu sisi Nicklany memang menjalankan tugasnya sebagai perwira yang mengikuti perintah atasan, namun di sisi lain ia juga memperlihatkan diri sebagai kawan yang baik bagi Omar Dhani.

Dilema Dua Pilihan Omar Dhani

Selama berada di pengasingan, Omar Dhani mengalami. Ada konflik batin antara pilihan pulang ke Indonesia atau menetap di Kamboja. Sebuah pilihan yang sulit mengingat istri dan lima anaknya ikut serta.

Jika memilih kembali ke Indonesia, Dhani yakin bakal menjadi pesakitan politik oleh kelompok Soeharto.

Baca Juga: Erwin Rommel: Jenderal Hebat Pahlawan Jerman, Mati Menelan Kapsul Sianida Demi Melindungi Keluarga

Sebenarnya Dhani bisa saja mencari selamat dengan menetap di luar negeri bersama keluarganya dengan keahliannya sebagai penerbang. Atau jika mau, tidak sulit baginya meminta suaka politik kepada Pangeran Norodom Sihanok dan tetap tinggal di Kamboja.

Akhirnya Dhani memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mempertanggungjawabkan segalanya kepada negara. Ia memilih untuk menanggung tindakan politiknya di depan Mahmilub ketimbang melarikan diri sebagai pengecut di luar negeri.

Pada 20 April 1966 Omar Dhani dan keluarga mendarat di Jakarta dengan pesawat C-130 milik AURI. Ia dan keluarganya langsung menuju komplek peristirahatan AURI di Cibogo, Bogor. Dari sana ia pindah ke Rumah Tahanan Militer Nirbaya.

Baca Juga: Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis 

Di pengadilan, majelis hakim Mahmilub menjatuhkan vonis mati karena menilai Omar dhani terbukti melakukan makar. Mahmilub juga memecatnya dari militer dan mencabut seluruh tanda jasa dari Presiden Soekarno.

-
Menpangau Omar Dhani menjalani persidangan di Mahmilub pada 1966. (Foto: dokumentasi Kurio)

Tetapi Omar Dhani tidak pernah menjalani eksekusi hukuman mati. Pada 14 Desember 1982 ia mendapat grasi dari Presiden Soeharto. Hukumannya diubah menjadi seumur hidup. Pada 15 Agustus 1995, setelah meringkuk di dalam penjara selama hampir 30 tahun, Omar Dhani dan Soebandrio dibebaskan karena faktor usia.

Omar Dhani meninggal pada 24 Juli 2009 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPSAU) dr Esnawan Antariksa, Jakarta. Ia berpulang pada usia 85 tahun.

Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin

Omar Dhani disemayamkan di Skuadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma dan dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.***

Halaman:

Tags

Terkini