kontekstory

Maung Bikang, Laskar Mojang Bandung yang Bikin Ciut Nyali Penjajah

Selasa, 25 Juli 2023 | 23:03 WIB
Maung Bikang yang juga Kepala Brigade 1 Tuti Amir Kartabrata (paling kanan) bersama anggota Laswi lain dan Tentara Keamanan Rakyat berfoto di atas mobil hasil rampasan dari tentara Sekutu. Foto: Repro buku Di Bawah Bendera Revolusi.

KONTEKS.CO.ID - Hari masih pagi di tahun 1946 ketika seorang perempuan muda mendatangi markas Divisi Siliwangi yang terletak di Jalan Kepatihan, Bandung. Perempuan itu datang dengan menunggang seekor kuda.

Tanpa banyak cakap, dia langsung menemui Panglima Divisi Siliwangi Kolonel Abdul Haris Nasution. Di depan Nasution ia meletakkan sebuah bungkusan ke atas meja.

Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda

Ketika membuka isi bungkusan, sang panglima terperanjat melihat kepala perwira muda Gurkha yang masih segar, lengkap dengan pita-pita tanda kepangkatannya.

Perempuan muda yang memenggal kepala perwira Gurkha ini adalah Susilawati. Ia adalah prajurit mojang Bandung yang tergabung dalam Laskar Wanita Indonesia (Laswi).

Dalam buku "Memenuhi Panggilan Tugas: Jilid I Kenangan Masa Muda", Nasution bertutur bahwa kejadian itu membuatnya ngeh bahwa mojang Bandung pemberani, militan, dan nekat.

Baca Juga: Dua Dunia Ratmi B29: Veteran Perang Peraih Bintang Gerilya Hingga Ratu Panggung Hiburan

Sebelumnya, para pejuang lelaki di Bandung sempat jengah dan meremehkan kehadiran para Laskar Perempuan yang ikut bertempur di front depan.

Para pejuang lelaki menganggap bahwa Laswi hanya akan merepotkan saja di medan pertempuran. Namun Susilawati membuktikan bahwa Laswi mampu bertempur dengan ganas. Mereka bahkan sering mengalahkan pasukan Gurkha, tentara bayaran yang di dunia terkenal sangat kuat, sadis, dan tak kenal takut.

Susilawati sendiri secara sukarela terkadang menjadi pengawal Nasution dalam setiap kegiatan Divisi Siliwangi.

Baca Juga: Kisah Gusti Nurul, Kembang Mangkunegara Pujaan Tentara, Sultan, Hingga Perdana Menteri dan Presiden

Satu Lawan Satu

Ada seorang Laskar Perempuan yang tak kalah garang dan tersohor sebagai tukang penggal kepala Gurkha, namanya Willy Sukirman.

Buku "Saya Pilih Mengungsi; Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan", yang menceritakan tentang patriotisme peristiwa Bandung Lautan Api, mengisahkan keganasan Willy Sukirman ketika bertempur. Willy mengamuk bagai harimau betina yang terluka. Ia sering merasa tidak sadarkan diri saat berperang.

Kerap kali Willy tiba-tiba berhasil masuk ke garis depan peperangan dan bertarung satu lawan satu dengan tentara Gurkha. Berbekal pedang kecil di tangannya, ia bertarung melawan tentara Gurkha yang bersenjatakan Turki, senjata lengkung khas tentara asal Nepal itu.

Baca Juga: Nestapa The Sin Nio, Mulan Versi Indonesia yang Jadi Gelandangan di Akhir Hidupnya

Willy beberapa kali berhasil memenggal kepala musuhnya. Dia selalu tak sadar ketika memenggal kepala musuh, tiba-tiba darah sudah mengalir di tangannya dan teman-teman di sekelilingnya berteriak histeris menyemangatinya.

Kisah pertarungan Willy yang paling terkenal adalah pertarungan satu lawan satu dengan tentara Gurkha di dekat jembatan Viaduct. Ada dokumentasi di sebuah koran di Museum Brawijaya yang memperlihatkan foto Willy. Sosoknya tampak sebagai gadis yang masih sangat muda berkulit putih dan sangat cantik.

-
Willy Sukirman, legenda Maung Bikang Laswi.

 

Laswi, Kombatan Bentukan Sumarsih

Susilawati dan Willy adalah Maung Bikang atau harimau betina, julukan untuk para kombatan Laswi yang tak kenal takut ini.

Baca Juga: Unik, Ternyata Candu Pernah Jadi Sumber Devisa Indonesia, Begini Ceritanya

Selain mereka berdua, ada banyak lagi nama anggota Laswi yang menggentarkan tentara Belanda dan Sekutu.

Salah satunya adalah komedian legendaris Ratmi B29. Sebelum sukses di dunia hiburan, Ratmi adalah anggota Laswi yang tergabung dalam Batalyon D Brigade 16 Citarum, Jawa Barat. Pangkatnya Sersan Dua (Serda).

Laswi berdiri pada 12 Oktober 1945 atas inisiatif Sumarsih Subiarti atau Yati Arudji. Anggotanya terdiri dari para gadis remaja yang sebagian besar adalah pelajar, ibu rumah tangga, dan para janda.

Baca Juga: Jarang Terungkap! Peran Penting Polisi Menumpas G30S PKI di Surakarta

Tak hanya di Bandung, anggota Laswi juga tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat seperti di Ciamis dan Banjar.

Tujuan pembentukan Laswi adalah untuk membantu para kaum pria berjuang di garis depan maupun garis belakang.

Sebelum terjun ke medan tempur, anggota Laswi berlatih baris-berbaris, cara menggunakan senjata, taktik perang gerilya, kepalangmerahan, hingga intelijen.

Baca Juga: Cerita Tentang Werner Verrips, Agen CIA Perampok Javasche Bank Surabaya yang Tewas Misterius

Itu sebabnya Laswi bukan laskar main-main. Para anggota Laswi yang terdiri dari para mojang Bandung yang terkenal sangat militan dan pemberani dalam pertempuran melawan NICA dan Sekutu.

-
Laskar Wanita Indonesia (Laswi) sedang berlatih baris-berbaris.

Semprot Ibu-ibu Perwari

Ada kisah menarik tentang Sumarsih Subiarti. Dalam kongres pertama Persatuan Wanita Indonesia (Perwari) pada 17 Desember 1945, terjadi perdebatan dan adu argumen di antara para anggota Perwari sehingga kongres menjadi bertele-tele.

Saat tidak ada yang mau mengalah, tiba-tiba dari barisan belakang terdengar suara lantang. Seorang perempuan bersepatu lars berseragam hijau lengkap dengan pistol di pinggang kanan menegur para perempuan berkebaya yang saling berselisih itu. Dia Sumiarti.

Baca Juga: Mengenal John D Arnold, Penyuka Matematika yang Jadi Legenda Trader AS di Usia Belia

Ia berkata, "Ibu-ibu, mengapa hal yang kecil-kecil dibicarakan sampai berlarut-larut? Ingat, ini masa perjuangan, masa revolusi. Di garis depan kalau sesuatu soal tidak dapat dibicarakan dan diselesaikan dengan mulut, kami selesaikan dengan senjata," tegas Sumiarti.

Tuti Ancam Orang Tua

Maung Bikang anggota Laswi lain yang juga populer Tuti Amir Kartabrata. Tuti adalah kader militer Husin Wangsaatmaja, seorang instruktur militer TKR di Bandung. Kelak Husein menjabat sebagai Wali Kota Bandung periode 1978-1983.

Ketika kaum muda mengangkat senjata dan pekik Merdeka terdengar setiap saat di setiap sudut kota Bandung, Tuti ingin bergabung dalam perjuangan melawan Sekutu.

Baca Juga: Misteri Kematian Tragis Ditje Budiarsih, Peragawati Cantik Keturunan Bangsawan yang Tak Pernah Terungkap

Awalnya orang tua Tuti tidak mengizinkannya bergabung dengan Laswi, tetapi dia pergi diam-diam dan bergabung dengan Laskar pimpinan Sumarsih Subiarti.

Mengetahui hal itu, Sumarsih memerintahkan Tuti untuk pulang meminta izin kepada orang tuanya. Salah satu kawannya anggota Laswi, Nani Sumarni, ikut menemani.

Tuti kemudian menemui orang tuanya, minta izin kembali ke palagan. "Saya ancam orang tua saya, jika tidak diizinkan maka saya akan meledakkan granat yang ada di saku celana saya," kenang Tuti dalam sebuah wawancara.

Halaman:

Tags

Terkini