Tunggul Wulung sendiri menolak anggapan bahwa ajarannya memecah belah.
“Aku tidak mengajak orang meninggalkan Jawanya. Aku mengajak orang menemukan terang di dalam hidupnya,” katanya dalam satu pengajaran terbuka.
Baca Juga: Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis
Di tengah dunia yang sering memaksakan satu wajah kebenaran, Tunggul Wulung mengajarkan bahwa jalan iman bisa beragam, asalkan tetap berpihak pada kemanusiaan.
Menjelang akhir hayatnya, ia disebut sempat berkata kepada murid-muridnya, “Jika kelak aku tiada, jangan bertanya siapa gurumu. Hidupmu sendirilah kesaksian iman itu.”***