KONTEKS.CO.ID – Namanya Muriel Stuart Walker alias K’tut Tantri. Bukan orang Indonesia memang, tapi ia berperan besar dalam perang kolosal, pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
Teks buku sejarah di sekolah memang tidak pernah menyinggung nama perempuan kelahiran tahun 1889 di Glasgow, Skotlandia itu. Namun pelaku dan sejarawan sangat mengakui perannya dalam mengusir Inggris dan NICA -tentara Belanda- dari Tanah Surabaya.
Baca Juga: Cerita Tentang Laswi, dari Mangga Tuti Amir Hingga Duo Maung Bikang yang Doyan Penggal Kepala Musuh
Wanita yang mudanya bertubuh kurus dan selalu berpakaian kuning kembang-kembang ini sangat mencintai Indonesia.
Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengangkat sosok yang punya nyali besar berjuang bersama-sama dengan rakyat Indonesia mengusir penjajah Belanda dan tentara Inggris.
Latar Belakang K’tut Tantri dari California ke Bali
Lahir di Glasgow, Muriel Stuart Walker berimigrasi dengan ibunya mencari peruntungan ke California, AS. Ia sempat dipinang pria Amerika, Karl Jenning Pearson, yang meninggal pada 1957.
Kemudian di usia 34 tahun atau sekitar tahun 1932, Tantri memutuskan pergi dari Amerika Serikat guna memulai hidup baru di Pulau Bali, Indonesia. Pulau yang diketahuinya melalui sebuah film berjudul Bali: The Last Paradise. Pulau indah yang membuatnya jatuh cinta dengan Nusantara.
Bali Hotel yang kini dikenal publik sebagai Inna Bali Heritage Hotel adalah tempat pertama yang singgahinya saat tiba di Denpasar.
Tapi karena hanya dikhususkan melayani para petinggi Kolonial Belanda dan orang-orang Eropa, Walker merasa jengah di dalamnya. Lalu memutuskan pergi meninggalkan Kota Denpasar.
Tantri lalu memutuskan terus melaju dengan mobil yang dibelinya di Batavia (Jakarta) menyusuri jalanan pada sisi pedalaman Pulau Dewata.
Misinya adalah ia akan tinggal di manapun mobil yang dikendarainya kehabisan bahan bakar. Tepat 40 km setelah menyusuri wilayah Klungkung, mobilnya kehabisan bahan bakar.
Mobil itu terhenti di sebuah desa, tepatnya Istana Kerajaan Klungkung yang dipikirnya sebagai sebuah pura. Nah desa inilah yang memberinya kehidupan serta nama baru untuknya, yakni Ni K’tut Tantri.