KONTEKS.CO.ID - Eiger Adventure bakal segera ekspansi ke Benua Eropa, tepatnya Swiss di mana bersemayam Gunung Eiger yang terkenal.
EIGER sangat dikenal oleh semua generasi, mulai anak 90-an hingga generasi Z dan millenial. Terutama mereka para pecinta alam.
Beragam produk tahan banting dilengkapi teknologi apik untuk berbagai perlengkapan petualangan di alam liar membuat EIGER terus tumbuh sampai sekarang.
Baca Juga: Aplikasi Pengamalan Pancasila Besutan Mahasiswa UNY Sabet Penghargaan Global
Per Januari 2022, EIGER tercatat memiliki 250 gerai di seluruh Indonesia. Merek juga sudah merambah Filipina, Jepang hingga Lebanon dengan menghadirkan total enam juta produk setiap tahun.
Namun kesuksesan ini terjadi bukan begitu saja, semua harus diperjuangkan. Kesuksesan EIGER terjadi berkat dua mesin jahit yang menjadi modal pertama saat perusahaan pertama kali beroperasi.
EIGER dibangun bukan oleh orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Perusahaan ini direkayasa oleh seorang jebolan Sekolah Teknik Mesin (STM), namanya Ronny Lukito.
Baca Juga: Peneliti Enny Sudarmonowati Sabet Fulbright Visiting Scholar Program 2022
Seperti apa perjuangan kisah sukses EIGER? Berikut penuturan CEO PT Eigerindo Multi Produk Indonesia (MPI) Christian H Sarsono dinukil dari berbagai sumber.
Perusahaan berdiri pada 1979. Saat itu, Ronny Lukito cuma menghasilkan tas bermerek Exsport.
Geliat usaha terus bertumbuh sampai akhirnya memunculkan merek Eiger pada 1990. Produknya difokuskan pada kategori perlengkapan outdoor (luar ruangan).
Baca Juga: Luar Biasa! Petenis Indonesia Aldila Sutjiadi Juarai Turnamen WTA 125
Sementara nama EIGER "dicomot" dari nama gunung terkenal di Swiss. Ini bertujuan memberikan imej bahwa produk yang dikeluarkan memang diproduksi spesial untuk memenuhi kebutuhan pecinta alam dan pegiat outdoor. Misalnya, camping, panjat tebing, pendakian, dan kegiatan luar ruangan lainnya.
Bisa dikatakan EIGER menjelma dari UMKM menjadi perusahaan dengan lebih dari 1.700 karyawan. Bahkan mampu memproduksi hingga ratusan ribu produk setiap bulannya.
Christian menuturkan, saat Eiger debut, merek belum punya toko untuk proses distribusi. Namanya juga belum banyak dikenal orang.
Baca Juga: Kondisi Felix Stray Kids Usai Alami Patah Tulang Akibat Kecelakaan Mobil, JYP Entertainment Beri Penjelasan
Namun sang pendirinya tak mudah menyerah. Manajemen terus melakukan penetrasi pasar dengan menggandeng kerjasama dengan kemitraan seperti Gramedia, Ramayana, Matahari, hingga membuka jalur distribusi sendiri.
Setelah gerainya bertumbuh, EIGER bekerja sama dengan komunitas pecinta alam. Di samping dengan para penggemar merek alias Eigerian.
Tak lupa, kisah sukses EIGER juga menyasar penjualan secara online. Dunia maya tak bisa disangkal memberi dampak baik bagi merek, karena ada lebih dari dua juta pengikut di akun medsosnya.
Baca Juga: BRIN Kembangkan Teknik Serangga Mandul Cegah Demam Berdarah
Dengan pertumbuhan usaha signifikan, merek bertransformasi menjadi corporate pada 2006. Saat itu, semua sektor dijalankan dengan profesional. Di antaranya, budaya perusahaan teknologi yang digunakan.
Tak heran, mulai 2006 hingga awal 2022 pertumbuhan EIGER tercatat hampir 10 kali lipat.
Kebutuhan Pelanggan
Dia mengatakan, di samping faktor unsur internal, animo masyarakat serta komunitas akan produk-produk Eiger juga jadi elemen kuat yang ikut membesarkan nama perusahaan.
Baca Juga: Fahrul Nurkolis, Peneliti Muda Lulusan UIN Sunan Kalijaga Temukan Obat Antidiabetes Hingga Antikanker dari Bahan Alami Asli Indonesia
Karena itu, Eiger selalu fokus menimbang sudut pandang pelanggan ketika merilis produk baru.
Demikian sepenggal cerita kesuksesan EIGER yang kini menggurita hingga ke Swiss. Bahkan pecinta alam dunia telah mengenal merek asal Bandung itu untuk mendukung aksi mereka menaklukan alam liar. ***