KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Indonesia menepis kabar pembahasan tarif perdagangan dengan Amerika Serikat mengalami kebuntuan atau berpotensi dibatalkan.
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menegaskan dialog dengan pihak Washington hingga kini berjalan seperti biasa.
“Tidak ada persoalan khusus dalam prosesnya. Dinamika yang muncul masih dalam batas wajar,” ujar Haryo dalam keterangan tertulis, Rabu, 10 Desember 2025.
Baca Juga: Wakil Wali Kota Bandung Erwin Tersangka Korupsi Gegara Minta Proyek Pengadaan Barang dan Jasa
Ia menyampaikan Indonesia terus mengejar kesepakatan yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara, dan berharap pembicaraan tersebut bisa segera difinalisasi.
Penjelasan itu merespons pemberitaan yang mengutip seorang pejabat AS yang menyebut perundingan berisiko gagal.
Itu setelah Indonesia dikabarkan menarik sejumlah komitmen yang sebelumnya masuk dalam paket negosiasi.
Baca Juga: ‘Jatah THR’ Rp500 Juta ke Bareskrim Terkuak di Sidang Suap CPO
Dalam pembahasan tersebut, Indonesia mendorong penerapan tarif nol persen untuk berbagai komoditas yang tidak diproduksi di AS.
Contohnya minyak sawit mentah (CPO), karet, kopi, teh, serta produk berbahan karet.
Sementara, tarif untuk produk tekstil dan alas kaki masih terus dinegosiasikan.
Baca Juga: Pembalakan Liar di DAS Garoga dan Anggoli Masuk Tahap Penyidikan Polri
Sebagai bagian dari paket kerja sama, Indonesia juga menyatakan kesediaan meningkatkan impor dari AS guna membantu menyeimbangkan neraca perdagangan bilateral.
Impor energi ditargetkan bisa mencapai US$15 miliar, sementara impor produk pertanian diproyeksikan sekitar USD4,5 miliar.
Artikel Terkait
Kabar Terbaru Kebijakan Tarif Dagang Donald Trump: Suku Cadang Mobil hingga Furnitur Kini Kena Dampak
Rosan Roeslani Pimpin Misi Dagang, Tawarkan Sektor Baterai EV dan Panel Surya ke 5 Perusahaan Australia
Surplus Dagang Indonesia Melemah di Oktober akibat Turunnya Ekspor Tambang
Cuan Total! Surplus Perdagangan China Tembus USD1 Triliun untuk Pertama Kalinya, Padahal Lagi Perang Dagang dengan AS