KONTEKS.CO.ID - Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan yang lebih kecil dari perkiraan pada Oktober.
Itu setelah ekspor turun secara tak terduga akibat melemahnya pengiriman produk tambang, demikian data resmi yang dirilis pada Senin 1 Desember 2025.
Pada Oktober, surplus tercatat sebesar USD2,4 miliar (sekitar Rp39,984 triliun), lebih kecil dari perkiraan ekonom dalam jajak pendapat Reuters sebesar USD3,72 miliar (Rp61,975 triliun).
Baca Juga: Update Banjir Bandang dan Longsor di Sumut, Korban Tewas Bertambah Jadi 226
Angka itu juga lebih sempit dibanding surplus September yang mencapai USD4,34 miliar (Rp72,304 triliun).
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini menikmati surplus perdagangan yang relatif besar hampir setiap bulan sepanjang 2025.
Hal itu ditopang meningkatnya pengiriman minyak sawit, emas, dan perhiasan, meski harga dua komoditas utamanya: batu bara dan nikel, masih lemah.
Ekspor secara mengejutkan turun 2,31 persen pada Oktober secara tahunan menjadi USD24,24 miliar (Rp403,838 triliun), lebih lemah dari pertumbuhan 3,38 persen yang diperkirakan analis.
Impor turun 1,15 persen menjadi USD21,84 miliar (Rp363,854 triliun), dibandingkan proyeksi penurunan 2,2 persen dalam survei tersebut.***
Artikel Terkait
Surplus Neraca Perdagangan RI Capai Rp362,8 Triliun hingga Juli 2025, Tertinggi Disumbang AS dan India
Surplus Neraca Perdagangan Naik, Nonmigas Jadi Penopang Utama
Ekspor Sawit Sumbang Rp17,14 Triliun, Jadi Penopang Surplus Perdagangan Indonesia
Surplus Perdagangan Indonesia Diprediksi Menyempit Jadi Rp66,7 Triliun, Ini Penyebabnya