Meski memberikan apresiasi, Knight tetap memberikan catatan peringatan bagi pemerintah Indonesia.
Ia menekankan bahwa risiko ketidakpastian global masih sangat tinggi.
Situasi ini berpotensi meningkatkan biaya transaksi bagi para pelaku bisnis yang pada akhirnya dapat menghambat realisasi investasi.
Knight menyoroti anomali yang terjadi di pasar keuangan global tahun ini.
Biasanya, pelonggaran kebijakan moneter di negara maju seperti Amerika Serikat akan memicu aliran modal masuk (capital inflow) ke negara berkembang.
Namun, karena tingginya tensi geopolitik dan isu tarif, pola tersebut menjadi tidak menentu.
Dengan penilaian ini, Bank Dunia berharap Indonesia dapat terus menjaga disiplin fiskal dan kebijakan moneter yang prudent (hati-hati) untuk mengarungi tahun 2025 yang diprediksi masih penuh tantangan.***
Artikel Terkait
Purbaya: Pelaksanaan Redenominasi Rupiah Sepenuhnya di Bawah Otoritas BI
Gubernur BI Sebut Redenominasi Rupiah Butuh Waktu 6 Tahun, Ini Tahapannya
Rupiah Melemah ke Rp16.734 Akibat Tekanan Fiskal dan Kekhawatiran Suku Bunga AS
Redenominasi Rupiah: Tak Mendesak, Ekonom Soroti Risiko Harga Naik dan Daya Beli Masyarakat
Ekonom Anthony Budiawan Sebut Redenominasi Rupiah Hanya Pengalihan Isu: Tak Ada Untungnya dalam Ekonomi