KONTEKS.CO.ID - Rupiah menutup sesi perdagangan pada level Rp16.734, melemah 26 poin terhadap USD, Kamis 20 November 2025.
Itu setelah sebelumnya sempat merosot sebanyak 40 poin dari penutupan Rabu kemarin di Rp 16.708.
Pelemahan ini terjadi setelah Kementerian Keuangan melaporkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melebar menjadi Rp479,7 triliun per 31 Oktober.
Baca Juga: Dua Longsor, Puluhan Nyawa Melayang: Kisah Tim SAR Bergulat di Tengah Lumpur
Angka itu naik dari Rp371,5 triliun pada September atau setara dengan 1,65 persen dari PDB.
Rupiah juga melunak setelah Bank Indonesia (BI) memproyeksikan neraca transaksi berjalan 2025 berkisar antara surplus 0,1 persen hingga defisit 0,7 persen.
Fakta itu mencerminkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang masih tangguh, didukung defisit yang rendah dan peningkatan arus modal masuk (capital inflows).
Baca Juga: ‘Bersihkan Indonesia’ Ungkap Dominasi Parpol dan Militer di Kursi Komisaris BUMN
"Neraca Pembayaran diperkirakan tetap kuat tahun ini," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur Traze Andalan Futures.
Dari luar negeri, Rupiah menghadapi tekanan tambahan karena para pejabat Federal Reserve mengisyaratkan keraguan yang meningkat tentang kemungkinan penurunan suku bunga pada Desember.
Notulen rapat terbaru menunjukkan pembuat kebijakan terbagi antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja.
Baca Juga: MRT Jakarta Kembali Normal! Semua Rute Aman, Perjalanan Kini Lancar
"Para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut," kata Ibrahim.
Dalam jangka pendek, Ibrahim meyakini hal tersebut dapat membebani lintasan Rupiah.
Artikel Terkait
Rupiah Melemah Jelang Penutupan Pemerintah AS Berakhir
Rupiah Rebound Jelang Akhir Pekan, Sentimen Pasar Membaik
Purbaya: Pelaksanaan Redenominasi Rupiah Sepenuhnya di Bawah Otoritas BI
Gubernur BI Sebut Redenominasi Rupiah Butuh Waktu 6 Tahun, Ini Tahapannya