KONTEKS.CO.ID - Harga minyak sawit mentah (CPO) global diprediksi akan melonjak tajam.
Penyebabnya adalah rencana Indonesia memperluas mandat biodiesel menjadi campuran 50 persen (B50) pada paruh kedua 2026.
The Edge Singapore melaporkan kebijakan ini akan menyerap lebih banyak minyak sawit ke pasar domestik.
Kondisi tersebut diperkirakan mengurangi volume ekspor dari produsen sawit terbesar dunia.
Langkah Indonesia memperkuat program biofuel bertujuan menekan impor bahan bakar dan emisi gas rumah kaca.
Namun, kebijakan ini berpotensi memperketat pasokan global dan memicu tekanan harga minyak nabati.
Baca Juga: Uang Beredar Tumbuh Positif pada Oktober 2025, Mencapai Rp9.783 Triliun
Saat laporan dirilis, harga minyak sawit berada di level Rp16,7 juta per ton.
Angka itu turun sekitar 6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menyebut penerapan B50 bisa mendorong harga ke Rp20,2 juta per ton pada Januari–Juni mendatang.
Pernyataan itu disampaikan menjelang konferensi Indonesian Palm Oil Conference 2025.
Ia menambahkan kemungkinan kenaikan pajak ekspor dapat memengaruhi petani sawit berskala kecil. Kebijakan fiskal ini akan menjadi penentu daya saing ekspor CPO Indonesia.
Artikel Terkait
Ekspor Minyak Sawit Mentah Ilegal Senilai Rp28,7 Miliar Digagalkan
Ekspor India ke Indonesia Turun Tajam, Sawit Tetap Jadi Pengikat Dagang
Ekspansi Sawit 17 Juta Ha Dikritik, Bappenas Sebut Lahan untuk Sawah dan Rumah Terancam
Dua Perusahaan Korea Selatan Investasi Rp16,7 Triliun untuk Minyak Sawit Indonesia