KONTEKS.CO.ID - Kinerja industri manufaktur di Indonesia dilaporkan mengalami pelemahan signifikan sepanjang tahun 2025, mengancam denyut nadi perekonomian dan stabilitas lapangan kerja.
Pukulan terberat dirasakan pada kuartal kedua, khususnya April 2025. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengidentifikasi bahwa kondisi babak belur yang dialami pabrik-pabrik di dalam negeri ini bukan disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan hantaman tiga krisis sekaligus.
Pukulan telak pertama datang dari Amerika Serikat. Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, pada Kamis, 30 Oktober 2025, menunjuk kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan pemerintahan Trump sebagai salah satu biang keladi utama.
Baca Juga: Duel 2 Jam Lebih Menuju 8 Besar Chennai Open 2025, Janice Tjen Tundukan Linda Fruhvirtova
Kebijakan yang mulai berlaku sejak November 2024 ini diduga kuat langsung menekan kinerja ekspor industri nasional, membuat produk Indonesia kalah bersaing di pasar global.
Dampak dari kebijakan tarif AS itu terekam jelas dalam data Indeks Kepercayaan Industri (IKI).
Febri memaparkan bahwa penurunan paling drastis terjadi pada April 2025, di mana IKI ekspor terjun bebas ke level 52,26, padahal di bulan sebelumnya masih kokoh di 53,33.
"Kami menduga ada pengaruh dari pengumuman tarif resiprokal Trump," kata Febri, mengaitkan langsung kebijakan AS dengan kontraksi ekspor tersebut, mengutip Jumat, 31 Oktober 2025.
Baca Juga: Warga dan Aktivis Meragukan IKN Nusantara, Ada Perlambatan Drastis
Di saat pasar ekspor dihantam, kondisi di dalam negeri tak kalah mengkhawatirkan. Industri domestik juga harus berjuang sendirian melawan pukulan kedua, yakni gempuran masif barang-barang impor.
Banjir produk impor yang membanjiri pasar Indonesia ini secara langsung memukul penjualan produk lokal, membuat pabrik-pabrik dalam negeri semakin tertekan dan kalah bersaing di rumah mereka sendiri.
Penderitaan industri semakin lengkap dengan datangnya pukulan ketiga dari arena geopolitik global.
Tekanan kembali memuncak ketika eskalasi konflik di Timur Tengah memanas, terutama saat Iran melancarkan serangan balasan ke Israel pada Juni 2025.
Baca Juga: Terdepak dari Carabao Cup, Arne Slot Salahkan Kedalaman Skuad Liverpool
Artikel Terkait
Terus Dibayangi Ancaman Tarif Trump, Indonesia Bidik Pasar Ikan dari Negara Lain
Di Balik Penguatan IHSG, Kapital Asing Pergi dan Tarif Trump Masih Berat
Rupiah Melemah ke Rp16.287 per Dolar AS, Pasar Dibayangi Pemangkasan BI Rate, Ancaman Tarif Trump
Warga AS Protes Kesepakatan Tarif Trump dan Prabowo: Janji Manis, Dompet Kami yang Terkuras!
Rupiah Tertekan di Awal Pekan: Ancaman Tarif Trump dan Kontraksi Manufaktur Jadi Pemicu