KONTEKS.CO.ID - Donald Trump kembali bikin geger. Kali ini bukan soal pemilu, tapi soal kerja sama dagang dengan Indonesia yang disebutnya “luar biasa”.
Dalam pernyataannya, Trump menyebut telah meneken kesepakatan dengan Presiden Prabowo Subianto senilai USD 15 miliar untuk ekspor energi Amerika ke Indonesia.
Baca Juga: Mentan Amran Sebut Harga Beras Akan Turun Dua Pekan ke Depan
Masalahnya, angka ini bukan sesuatu yang baru.
Di tahun 2024 saja, nilai ekspor energi AS ke Indonesia sudah tembus USD 15,5 miliar.
Artinya, alih-alih membawa tambahan nilai, kesepakatan ini justru lebih rendah.
Alih-alih keuntungan, publik menilai Amerika malah “merugi” setengah miliar dolar dari deal yang diklaim besar-besaran ini.
Kesepakatan Boeing: Klaim Trump, Warisan Biden
Trump juga menyebut Indonesia akan membeli 50 unit Boeing 777, seolah itu pencapaiannya.
Tapi faktanya, kesepakatan pembelian itu adalah sisa negosiasi lama di era Joe Biden, yang tertunda akibat hambatan bilateral dan teknis.
Jadi, bukan prestasi baru.
Baca Juga: Wamen UMKM Ajak Lembaga Inkubator MCEBI Ciptakan WIrausaha Muda Berkualitas
Trump hanya menyematkan namanya di kontrak lama yang akhirnya berjalan.
Hal ini membuat publik bertanya-tanya, sejauh mana Trump memang berkontribusi nyata atau sekadar me-rebranding hasil kerja pendahulunya?
Artikel Terkait
Pemerintah AS Diminta Mengenakan Tarif Panel Surya dari Indonesia
Didukung BRI, UMKM Katering di Tenggarong Ini Sukses Buka 2 Dapur Rekrut Ratusan Karyawan untuk Program MBG
Wow, 93 Persen Transaksi QRIS Berasal dari UMKM!
Turis Malaysia Ternyata Lebih Suka Pakai QRIS
Harga Emas Antam Hari Ini Tetap di Rp1,9 Juta per Gram, Harga Semua Ukuran Tak Bergeser, Ini Rinciannya!