• Minggu, 21 Desember 2025

IHSG Terjun Bebas Tanpa Sinyal! Siapa Dalang Sebenarnya di Balik Drama Saham Hari Ini?

Photo Author
- Senin, 27 Oktober 2025 | 22:55 WIB
IHSG hari ini anjlok parah. (Freepik.com/Sergei Tokmakov)
IHSG hari ini anjlok parah. (Freepik.com/Sergei Tokmakov)

Dua faktor besar yang ikut menekan pasar adalah kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) dan memanasnya perang tarif AS–China.

Inflasi AS tercatat naik ke 2,9% pada September 2025, di atas ekspektasi pasar.

Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menunda rencana penurunan suku bunga acuan (rate cut).

“Investor khawatir inflasi yang tinggi bisa menunda langkah The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya,” jelas Lukman Leong, analis Trimegah Sekuritas.

Baca Juga: Melihat Lokasi Blok Bobara Papua Barat yang Kaya Potensi Migas

“Kalau suku bunga tetap tinggi, investor global akan cenderung memindahkan dananya ke aset aman seperti dolar AS. Itulah yang akhirnya menekan pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia,” katanya.

Di sisi lain, ketegangan dagang antara AS dan China juga ikut mengguncang pasar Asia.

Keduanya saling menaikkan tarif impor di sektor manufaktur dan teknologi, menciptakan ketidakpastian yang membuat investor global cenderung bersikap defensif.

Analisis Teknis: Muncul Sinyal Death Cross

Baca Juga: Menkeu Purbaya Ancam Importir Pakaian Bekas Ilegal: Menolak Aturan Ditangkap!

Dari sisi teknikal, indikator pasar juga memperkuat sinyal pelemahan IHSG.

Berdasarkan laporan riset Phintraco Sekuritas, indeks membentuk pola death cross — tanda klasik terjadinya pembalikan tren dari naik ke turun.

“IHSG ditutup melemah ke level 8.028,33 (-2,94%) pada perdagangan Sesi I Senin. Secara teknikal, IHSG breakdown MA20 di kisaran level 8.134 seiring pembentukan Death Cross pada MACD dan Stochastic RSI,” tulis riset tersebut.

“Kami memperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan untuk menguji level psikologis 8.000 pada perdagangan sesi II.”

Baca Juga: Petronas Jual Sebagian Saham di Blok Bobara Papua Barat kepada Pertamina

Bagi investor teknikal, sinyal death cross ini merupakan alarm peringatan agar lebih berhati-hati.

Jika tekanan jual berlanjut, indeks bisa saja kembali menguji area 7.900-an dalam waktu dekat.

Apa yang Bisa Dilakukan Investor?

Meski kondisi pasar sedang tidak ramah, para analis sepakat bahwa kepanikan bukan solusi.

Baca Juga: Jun Ji Hyun dan Ji Chang Wook Siap Jadi Gumiho Baru! Drama Fantasi 'Human X Gumiho' Bikin Fans Heboh

Menurut Nafan, penurunan IHSG kali ini lebih disebabkan faktor eksternal dan teknikal, bukan melemahnya fundamental ekonomi Indonesia.

“Koreksi ini bersifat sementara. Secara fundamental, ekonomi Indonesia masih kuat, terutama dari sisi konsumsi dan investasi domestik,” tegasnya.

Senada dengan itu, Lukman Leong menilai bahwa koreksi tajam seperti ini justru bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang.

“Ketika pasar panik, biasanya itu justru momen terbaik untuk membeli saham-saham unggulan dengan harga diskon,” ujarnya.

Baca Juga: Polisi Selidiki Kasus Mantan CEO Crown Group Diduga Gelapkan Mobil Mewah

“Namun tentu saja, investor perlu disiplin dengan strategi dan tidak memaksakan diri masuk terlalu cepat sebelum pasar stabil.” ***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X