Menkeu mengaku belum mengerti secara mendalam konsep dari family office yang dimaksud. Meskipun sebenarnya orang kepercayaan Jokowi itu sering menyinggungnya dalam beberapa kesempatan.
Baca Juga: 4 Saksi Kasus Korupsi Digitalisasi SPBU Pertamina Mangkir dari Panggilan KPK
Luhut Jadi Inisiator Familiy Office di Era Joko Widodo
Indonesia, sejak 2024 berniat mengambil kesempatan menarik dana dari family office global yang selama ini terparkir di Singapura dan Hong Kong.
Baca Juga: 4 Saksi Kasus Korupsi Digitalisasi SPBU Pertamina Mangkir dari Panggilan KPK
Proyek ini diinisasi langsung oleh Luhut Binsar Pandjaitan yang tergiur dengan data The Wealth Report. Yakni, jumlah populasi individu superkaya raya di kawasan Asia terperkirakan bakal bertumbuh 38,3% selama periode 2023-2028.
"Peningkatan jumlah aset finansial dunia yang terinvestasikan di luar negara asal juga diproyeksikan akan terus meningkat," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengutip IG pribadinya @luhut.pandjaitan, pada Rabu 3 Juli 2024.
Nah berangkat dari tren itu, Luhut melihat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk menarik dana-dana dari family office global. Merujuk perhitungan terakhir, ada sekitar USD11,7 triliun dana kelolaan family office di dunia.
Family Office merupakan salah satu upaya untuk menarik kekayaan dari negara lain untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Tips Kreatif Tetap Rajin Olahraga di Tengah Jadwal Padat: Gaya Hidup Sehat Tanpa Ganggu Rutinitas
Dengan memiliki family office, sambung Luhut, nantinya tak hanya mendorong peredaran modal di dalam negeri. Namun juga mendatangkan potensi peningkatan PDB dan lapangan kerja dari investasi dan konsumsi lokal.
Menurut Luhut, saat ini ada beberapa negara di dunia yang menjadi tuan rumah dari aset tersebut. Dua di antaranya dari Asia, yaitu Singapura sebanyak 1.500 family office dan Hong Kong dengan 1.400 family office.
Namun akhir-akhir ini, beber orang kepercayaan Presiden Jokowi ini, kondisi geopolitik di Hong Kong tengah meningkat. Hal itu meningkatkan risiko dan ketidakpastian investasi.
Begitu juga dengan Singapura. Negara itu tengah menggelar perubahan regulasi investasi sehingga meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor.
"Inilah yang membuat Indonesia bisa mengambil kesempatan menjadi alternatif dengan membentuk Wealth Management Centre. Karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita cukup kuat, kondisi politik pun juga stabil, serta orientasi geopolitik kita yang netral," katanya yakin.
Artikel Terkait
Dana Family Office Menggiurkan, RI Mau Curi-curi Kesempatan dari Situasi di Singapura dan Hong Kong
Potensi Jadi Sarana Cuci Uang, Faisal Basri: Buat Apa Pemerintah Bikin Family Office?
Pemerintah Kian Gaungkan Family Office, Suharso Monoarfa: Insentifnya Tak Harus Bebas Pajak
Menkeu Purbaya Tak Gentar Meski Diingatkan Luhut, Anggaran MBG Tetap Dipotong Bila Tak Terserap
Luhut Minta Anggaran MBG Tak Dipotong, Menkeu Purbaya Bergeming