• Minggu, 21 Desember 2025

Rupiah Tertekan Lagi Lawan Dolar AS, Apa Sebenarnya yang Pemicu Utama Pelemahan Ini?

Photo Author
- Senin, 25 Agustus 2025 | 08:15 WIB
Rupiah Tertekan Lagi Lawan Dolar AS, Apa Sebenarnya yang Menjadi Pemicu Utama di Balik Pelemahan Ini? (Canva.com)
Rupiah Tertekan Lagi Lawan Dolar AS, Apa Sebenarnya yang Menjadi Pemicu Utama di Balik Pelemahan Ini? (Canva.com)

KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ditutup melemah pada perdagangan Jumat, 22 Agustys 2025.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terkoreksi 62,50 poin atau 0,38% ke level Rp16.350,5 per dolar AS.

Pelemahan ini sejalan dengan mayoritas mata uang Asia lain, termasuk yen Jepang, rupee India, ringgit Malaysia, hingga baht Thailand.

Baca Juga: Kapolda Banten Benarkan Irjen Pol Suyudi Ario Seto Jabat Kepala BNN: Pelantikan dalam Waktu Dekat

Rupiah Tertekan Tren Regional

Pergerakan rupiah bukan fenomena tunggal. Data Reuters mencatat, pelemahan juga dialami yuan China setelah rilis data penjualan ritel Juli 2025 yang hanya tumbuh 3,7% year to date, jauh di bawah ekspektasi 5,9%.

Kondisi ini memicu arus keluar modal asing di pasar Asia dan menambah tekanan terhadap rupiah.

Seorang analis pasar uang di Jakarta menjelaskan, Rupiah kehilangan momentum positifnya setelah sempat menguat di awal bulan.

Baca Juga: Melly Mike Bertemu Dikha Aura Farming di Pacu Jalur 2025, Beri Hadiah Nintendo dan Siap Kolaborasi

Tekanan datang dari kombinasi faktor global dan domestik, termasuk keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.

Langkah ini memang mendukung likuiditas, tetapi di sisi lain membuat rupiah lebih rentan terhadap arus keluar modal.

Tekanan Domestik: APBN dan Utang Baru

Dari dalam negeri, fokus pasar juga tertuju pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.

Baca Juga: Kalahkan Pemain Unggulan, Petenis Indonesia Janice Tjen Tantang Juara US Open 2021

Pemerintah berencana menarik utang baru sebesar Rp781,87 triliun, mayoritas melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp749,19 triliun.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menilai, tingginya kebutuhan pembiayaan utang bisa memperlemah persepsi investor terhadap stabilitas rupiah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Aman, Pemerintah Putuskan Stop Impor Beras 2026

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:45 WIB
X