Baca Juga: Rupiah Tembus Rp16.360 per Dolar, Apa yang Terjadi di Balik Anjloknya Mata Uang RI?
"Hal ini meredam ekspektasi pemangkasan suku bunga di bulan September," jelas Ibrahim.
Ia melanjutkan, "Pasar sebagian besar akhirnya menunda ekspektasi penurunan suku bunga hingga akhir tahun 2025," yang berarti dolar AS kemungkinan akan tetap kuat dalam waktu dekat, memberikan tekanan lebih lanjut pada mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Untuk sentimen domestik, pasar dipengaruhi oleh laporan terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF). IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 menjadi 4,8 persen, naik dari perkiraan sebelumnya 4,7 persen.
"Laporan World Economic Outlook IMF menunjukkan, pada tahun 2026 pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan juga sebesar 4,8 persen," kata Ibrahim.
Baca Juga: Rupiah Kembali Tertekan, Analis Menyoroti Pengaruh Global
Peningkatan proyeksi pertumbuhan ini, menurut Ibrahim, sebagian besar disebabkan oleh perbaikan kondisi keuangan global.
Hal ini diakibatkan oleh dominasi USD yang lebih lemah sebelumnya, meskipun kini kembali menguat.
Selain itu, tarif impor rata-rata yang dikenakan AS juga lebih rendah, sekitar 19 persen.
Ibrahim menambahkan bahwa para pelaku usaha sudah menghindari tarif baru tersebut dengan melakukan impor lebih awal di kuartal pertama.
"Meski mengerek prediksi, angka itu masih akan menjadi yang terendah sejak tahun 2009," ucap Ibrahim, kecuali periode resesi akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan 2021.***
Artikel Terkait
Ini Daftar Uang Kertas dan Logam Rupiah yang Sudah Tak Berlaku: Segera Tukar ke BI, Jangan Sampai Hangus!
Rupiah Tembus Rp16.360 per Dolar, Apa yang Terjadi di Balik Anjloknya Mata Uang RI?
Rupiah Kembali Tertekan: Apa yang Mendorong Dolar AS Menguat dan Membuat Pasar Waspada Hari Ini?
Rupiah Bangkit Sangat Tipis Usai Terpuruk, Pasar Waspada di Tengah Tarik Ulur Ekonomi Global