Sebab, secara teknikal, IHSG masih berisiko turun lebih dalam hingga ke level 6.800 dalam waktu dekat.
Dua Awan Besar: Suku Bunga The Fed dan Konflik Global
Gejolak di pasar saham Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tekanan eksternal.
Salah satu faktor utama adalah kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang masih ditahan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi global yang berdampak ke emerging market, termasuk Indonesia.
Selain itu, tensi geopolitik antara Israel dan Iran ikut menjadi pemicu volatilitas pasar.
Ketegangan yang meningkat dalam beberapa hari terakhir membuat para pelaku pasar cenderung bersikap wait and see.
Bahkan, Presiden AS Donald Trump disebut kembali menggelar rapat darurat keamanan nasional, mempertimbangkan respons militer terhadap Iran.
Investor Diminta Tetap Tenang dan Adaptif
Melihat dinamika global dan tekanan teknikal yang ada, pelaku pasar disarankan untuk bersikap cermat.
Rebound jangka pendek bisa dimanfaatkan sebagai momen rotasi portofolio atau ambil keuntungan terbatas, tapi tetap bersiap untuk potensi koreksi lanjutan.
Baca Juga: PDIP: Massa Kontra Hasto Tak Murni tapi Dibayar, yang Mengerahkan Sudah Teridentifikasi
Pasar saham saat ini berada dalam fase yang sangat sensitif terhadap isu global, terutama kebijakan moneter dan ketegangan politik.
Maka dari itu, keputusan investasi sebaiknya diambil berdasarkan strategi jangka menengah hingga panjang, bukan hanya mengejar reli sesaat.***
Artikel Terkait
BUMI Diversifikasi ke Tambang Emas dan Tembaga Lewat Akuisisi Wolfram Australia
DBS Indonesia Incar Pertumbuhan AUM Dua Digit, Fokus Segmen HNWI dan Fixed Income
Jam Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia Kemungkinan Diperpanjang
Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta Tak Hadiri Panggilan KPK, Ini Penjelasan Bank Indonesia
Bertemu Prabowo, Putin Sebut Rusia Incar Proyek Minyak dan Gas Lepas Pantai Indonesia