KONTEKS.CO.ID - Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berisiko memperburuk krisis pasokan telur di Negeri Paman Sam.
Menteri Pertanian AS, Brooke Rollins, mengakui bahwa langkah tersebut bisa meningkatkan harga dan mempersempit pasar bagi petani lokal.
"Tarif impor mungkin akan diberlakukan. Saat ini, kami masih dalam tahap negosiasi dengan negara-negara yang terdampak," kata Rollins dalam wawancara dengan Fox News, Kamis, 3 April 2025.
Baca Juga: Drama Politik Berbulan-bulan Tamat, MK Resmi Pecat Presiden Korsel Yoon Suk-yeol
Langkah ini menyusul pengumuman Trump sehari sebelumnya, yang menetapkan tarif baru terhadap sejumlah negara, termasuk Turki, Brasil, dan Korea Selatan, sebagai bagian dari kebijakan perdagangan terbaru.
Keputusan itu menuai kritik tajam dari industri pertanian dan pangan, yang menilai langkah ini justru bisa memperburuk kondisi pasokan dalam negeri.
Flu Burung, Impor dan Kebijakan Tarif yang Menghimpit
Sejak 2022, Amerika Serikat telah kehilangan hampir 170 juta unggas akibat wabah flu burung. Untuk menjaga pasokan, negara ini terpaksa meningkatkan impor telur dari Turki, Brasil, dan Korea Selatan.
Baca Juga: Profil Matthew Baker, Bek Timnas U-17 Indonesia di Piala Asia U-17 Arab Saudi
Namun, di bawah kebijakan tarif baru Trump, impor dari Turki dan Brasil akan dikenakan tarif 10%, sedangkan Korea Selatan menghadapi tarif hingga 26%.
Padahal, ketiga negara ini selama beberapa bulan terakhir berperan besar dalam menstabilkan pasokan telur di AS.
Kebijakan tersebut langsung mendapat reaksi dari industri. Greg Tyler, CEO USA Poultry & Egg Export Council, mengatakan tarif akan berimbas pada harga telur olahan di dalam negeri.
Baca Juga: Indonesia Kena Tarif Impor Trump 32 Persen, Industri Ekspor RI Terancam Runtuh
"Produsen yang mengimpor telur untuk diolah menjadi produk makanan harus menanggung biaya tambahan atau membebankannya pada konsumen," kata Tyler.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Meski harga telur sempat turun dari rekor tertinggi, harga grosir tetap 60% lebih tinggi dibanding tahun lalu, mencapai USD3 per lusin atau sekitar Rp49.680 (kurs Rp16.560 per USD), menurut data Departemen Pertanian AS (USDA).
Artikel Terkait
Industri Penerbangan AS Terancam: Permintaan Menurun, Saham Maskapai Terjun Bebas
Presien AS Donald Trump Akan Kunjungi Arab Saudi Pertengahan Mei
Pengumuman Tarif Impor Donald Trump Lambungkan Harga Emas Antam
Indonesia Kena Tarif Impor Trump 32 Persen, Industri Ekspor RI Terancam Runtuh
Indonesia Disebut Akan Banjir Barang dari China Imbas Kebijakan Tarif Trump