KONTEKS.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami anjlok, pada Selasa, 18 Maret kemarin.
IHSG ambruk hampir 7 persen pada sesi satu perdagangan hingga BEI memutuskan menghentikan sementara perdagangan saham.
Sebelumnya, IHSG pernah mengalami masa-masa sulit pada tahun 1998. Saat itu, krisis finansial memicu inflasi hingga mencapai 58 persen. Imbasnya, IHSG merosot ke level 398.
Satu dekade paska 1998, krisis akibat skandal sub-prime mortgage di Amerika Serikat pada 2008 juga mengakibatkan kolapsnya pasar modal global.
Kemudian, pada 2020 saat pandemi Covid-19 melanda, terjadi dampak negatif pada pasar saham di Indonesia.
Banyak investor asing menarik modalnya ke aset-aset aman seperti, emas dan surat utang hingga melepas kepemilikan investasi di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga: Preview Australia Vs Indonesia, Sama-Sama Butuh Kemenangan, Kalau Kalah Peluang Bisa Melayang
5 Faktor Domestik Penyebab Anjloknya IHSG
Ekonom Wijayanto Samirin menilai, pelemahan IHSG lebih dominan disebabkan oleh faktor domestik.
Setidaknya ada lima sentimen yang mempengaruhi.
Pertama, informasi soal perkembangan APBN Februari yang buruk dan fiscal outlook yang berat di 2025.
Dimana, hingga akhir bulan lalu Indonesia mengalami defisit Rp31,2 triliun atau 0,13 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Baca Juga: Pulangkan Wakil Taiwan, Putri KW Melenggang ke Babak 16 Besar Swiss Open 2025
Kedua, kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas.
Artikel Terkait
Imbal Balik SBN Naik dan IHSG Anjlok, Sri Mulyani Tetap 'Pede' Pasar Keuangan RI Baik-baik saja
Pagi Ini Dolar AS Melesat, Rupiah Tertekan: Benarkah Gegara IHSG Anjlok?
Duh, IHSG Rabu Pagi Dibuka Melemah Terseret Pelemahan Hari Selasa
Cegah IHSG Melorot Tajam, OJK Bolehkan Emiten Buyback Saham Tanpa RUPS
Entrepreneur Hub Jadi Solusi Tingkatkan Rasio Kewirausahaan