Konsumen mulai mengeluh tentang performa produk yang menurun, sementara perusahaan mengalami penurunan margin keuntungan drastis.
Baca Juga: Waspada! Microsoft dan FBI Keluarkan Peringatkan Serangan Siber Bidik Server Pebisnis dan Pemerintah
Pemerintah China Turun Tangan
Melihat tren persaingan tidak sehat ini, pemerintah China mulai mengambil sikap.
Dalam editorial resmi Qiushi, media Partai Komunis China, disampaikan peringatan bahwa “kompetisi harga ekstrem” dapat mengorbankan kualitas dan pada akhirnya merugikan konsumen.
Pekan lalu, kabinet China mengeluarkan pernyataan akan menindak praktik “persaingan irasional”, dan mendorong inovasi teknologi sebagai basis utama kompetisi bisnis.
Pemerintah juga menyebut akan memperketat pengawasan terhadap harga-harga yang dipatok perusahaan.
Dampak Global Tak Terhindarkan
Perang harga ini tidak hanya mengguncang ekonomi domestik China, tetapi juga menciptakan gelombang tekanan ke pasar global khususnya di sektor kendaraan listrik (EV).
Direktur Transport & Environment, Julia Poliscanova, mengatakan mobil listrik buatan China telah “mengisi celah” di pasar Eropa yang lamban beradaptasi.
“Meskipun tidak selalu lebih murah, mobil China menawarkan fitur yang lebih lengkap di harga yang sama,” ujarnya.
Namun, menurutnya, tantangan terbesar justru datang dari ketidakpastian jangka panjang.
Eropa mulai khawatir akan dominasi kendaraan China dan potensi kehilangan lapangan kerja karena produsen lokal tidak mampu bersaing.
Kekhawatiran itu sudah mulai menjadi kenyataan. Ford dan Volvo misalnya, telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di Eropa selama beberapa bulan terakhir sebagai dampak dari tekanan kompetisi dengan mobil China.
Konsumen Menang Sekilas, tapi Ekonomi Bisa Runtuh
Meski konsumen tampak diuntungkan dalam jangka pendek, kondisi ini bisa menjadi bumerang.
Deflasi berkepanjangan, penurunan margin perusahaan, hingga risiko kebangkrutan bisa menjadi ancaman nyata jika tren ini terus berlanjut.