KONTEKS.CO.ID - Presiden Brasil Lula da Silva membuka KTT BRICS ke-17 di Rio de Janeiro, Minggu 6 Juli 2025 sore waktu setempat atau Senin dini hari WIB.
Dalam pembukaannya Presiden Brasil mengingatkan dunia akan semangat Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955.
Dalam pidatonya, Lula menyebut pertemuan bersejarah itu sebagai tonggak perlawanan negara-negara berkembang terhadap pembagian dunia dalam zona kekuasaan.
Hal itu sekaligus cikal bakal perjuangan mewujudkan tatanan internasional yang multipolar.
Baca Juga: Dari Arab Saudi ke Brasil, Presiden Prabowo Debut di KTT BRICS
“BRICS adalah penerus semangat Gerakan Non-Blok dan Konferensi Bandung,” ujar Lula.
Ia menegaskan dalam situasi global yang semakin tidak stabil, multilateralisme sedang berada di ujung tanduk, dan kedaulatan negara-negara berkembang pun ikut terancam.
Lula berbicara dalam sesi pleno bertema "Perdamaian, Keamanan, dan Reformasi Tata Kelola Global”.
Ia menyoroti gelombang konflik yang terus meluas, lemahnya kepemimpinan global, dan dominasi kekuatan besar dalam pengambilan keputusan internasional.
Baca Juga: Tarif 100% Donald Trump Bikin BRICS Ciut, Rencana Mata Uang Baru Dibatalkan!
Menurutnya, BRICS memiliki kekuatan moral dan geopolitik untuk mendorong perubahan.
Ia juga mengecam kecenderungan negara-negara besar yang lebih memilih meningkatkan anggaran militer dibanding menjalankan komitmen pembangunan berkelanjutan.
“Lebih mudah mengalokasikan 5 persen PDB untuk pertahanan daripada memenuhi janji 0,7 persen untuk bantuan pembangunan resmi," katanya.
Baca Juga: Rekor Perdagangan BRICS: Rusia dan India Capai USD50 Miliar, Dolar AS Terpuruk