dunia

IAEA Sebut Iran Masih Simpan Uranium Cukup untuk Sembilan Bom Nuklir

Senin, 30 Juni 2025 | 10:00 WIB
Rambu Radioaktif (unsplash.com)

KONTEKS.CO.ID - Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi menyatakan bahwa Iran masih memiliki cadangan uranium yang cukup untuk membuat hingga sembilan bom nuklir. Meskipun sebagian fasilitas nuklirnya dilaporkan rusak akibat serangan Amerika Serikat dan Israel.

Dalam wawancara dengan CBS News yang dikutip Al Jazeera, Sabtu, 28 Juni 2025, Grossi mengungkapkan bahwa Iran masih dapat melanjutkan pengayaan uranium dalam hitungan bulan, bahkan lebih cepat, karena beberapa sentrifugal tetap berfungsi.

“Mereka bisa memiliki, Anda tahu, dalam hitungan bulan, saya katakan, beberapa kaskade sentrifus berputar dan menghasilkan uranium yang diperkaya. Itu bahkan bisa lebih cepat,” ujarnya.

Baca Juga: Ridwan Kamil Mesra Bareng Atalia Usai Gugat Lisa Mariana Rp105 Miliar, Netter: Samawa Lovebird

Grossi menambahkan bahwa cadangan uranium Iran saat ini sudah mencapai tingkat pengayaan 60%, hanya sedikit di bawah ambang batas 90% yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Jika uranium itu dimurnikan lebih lanjut, maka persediaan tersebut secara teoritis cukup untuk membuat lebih dari sembilan bom nuklir.

Namun, ia menegaskan bahwa IAEA belum dapat mengonfirmasi kondisi aktual dari uranium yang tersisa pasca-serangan. “Harus ada klarifikasi pada suatu saat,” kata Grossi, seraya menyinggung kemungkinan bahwa sebagian cadangan telah rusak atau dipindahkan.

Trump Klaim Serangan Hambat Program Nuklir Iran

Pernyataan Grossi muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa serangan militer AS awal Juni lalu telah "menghambat program nuklir Iran selama beberapa dekade." Trump menyebut tindakan militer itu sebagai langkah penting untuk menekan ambisi nuklir Teheran.'

Baca Juga: Kementerian Lingkungan Hidup Segel Pabrik Peleburan Aluminium di Cikarang, Diduga Cemari Udara

Namun, laporan terbaru dari CNBC International, Minggu, 29 Juni 2025, menyebut bahwa pemerintahan Trump kini tengah mempertimbangkan pemberian insentif ekonomi kepada Iran, termasuk potensi akses bantuan senilai USD30 miliar, sebagai imbalan atas penghentian sementara pengayaan uranium.

Proposal itu juga mencakup kemungkinan dukungan negara-negara regional untuk membantu Iran mengembangkan program nuklir sipil yang diawasi secara internasional. Jika diterima, hal ini akan menandai perubahan besar dalam kebijakan luar negeri Trump, yang pada 2018 secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action).

Meski begitu, kelanjutan dari usulan tersebut masih belum pasti. Dalam pernyataan di platform Truth Social, Trump membantah mengetahui adanya proposal insentif tersebut. "Saya tidak pernah mendengar ide konyol ini dan itu hanya hoaks lain dari media palsu," tulis Trump, Jumat malam, 28 Juni 2025.

Baca Juga: Timnas Putri Indonesia Trending Topic di X: Kalahkan Kirgistan 1-0, Warganet Puji Garuda Putri

Situasi Regional Memanas

Ketegangan di Timur Tengah kian meningkat setelah serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Meski sebagian besar fasilitas mengalami kerusakan, kemampuan teknis Iran disebut masih cukup untuk melanjutkan pengayaan uranium. Situasi ini dikhawatirkan dapat memicu eskalasi konflik lebih lanjut di kawasan.

IAEA menyatakan siap melanjutkan inspeksi jika diberikan akses penuh oleh otoritas Iran. Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa Iran akan membuka kembali akses bagi pengawas internasional ke seluruh fasilitas nuklirnya. ***

Tags

Terkini