KONTEKS.CO.ID – Dominasi raksasa teknologi AS seperti Tesla dan Nvidia mulai tergeser oleh perusahaan-perusahaan China yang semakin agresif.
Persaingan ketat, boikot, dan inovasi teknologi membuat posisi mereka kian terancam.
Tesla Tersingkir oleh BYD
Tesla menghadapi tekanan besar dari BYD, produsen mobil listrik China yang mencatat pendapatan USD107 miliar pada 2024, jauh melampaui Tesla yang hanya mencapai USD97,7 miliar.
Baca Juga: Terjadi Gempa Aceh Kekuatan Magnitudo 5,4, Sebelah Timur Laut Ibu Kota
Boikot terhadap Tesla semakin meluas, showroom mereka digeruduk, dan kampanye 'jual saham' serta 'buang mobil' membuat penjualan anjlok di berbagai negara.
Nvidia Tersandung AI China
Nvidia, yang sempat mengungguli Apple sebagai perusahaan paling bernilai di dunia, kini terguncang.
Perang dagang AS-China serta kemunculan sistem AI DeepSeek dari China yang dikembangkan dengan biaya lebih murah menjadi pukulan telak bagi raksasa chip ini.
Baca Juga: Polda Metro Jaya Tegas! Konvoi Takbiran Dilarang, 2.500 Personel Disiagakan
China Pimpin Revolusi Robot Humanoid
Tesla dan Nvidia berlomba mengembangkan robot humanoid sebagai bagian dari revolusi industri masa depan.
CEO Nvidia, Jensen Huang, menggembar-gemborkan era baru robotika, sementara Elon Musk menargetkan produksi 5.000 robot Optimus tahun ini.
Namun, China tidak tinggal diam. Unitree Robotics dan Agibot telah menyamai target produksi Optimus.
Baca Juga: Tradisi Turun-Temurun, Warga Ponpes Mahfilud Dluror di Jember Rayakan Lebaran Lebih Awal
Bahkan, Unitree telah menjual robot humanoidnya secara online di JD.com, menandakan kesiapan mereka dalam menguasai pasar.
China Unggul dalam Harga dan Paten
China memiliki keunggulan dalam harga berkat skala ekonomi dan efisiensi manufaktur. Unitree G1 dijual seharga USD16.000, sedangkan Tesla memperkirakan biaya Optimus bisa mencapai USD20.000 jika produksi ditingkatkan.