Jadwal vaksin anak disusun melalui proses yang cermat, ekstensif, dan berbasis bukti yang melibatkan para ahli global dan masukan dari berbagai negara. Jadwal imunisasi anak, yang dipandu dengan cermat oleh WHO, telah diadopsi oleh semua negara, dan telah menyelamatkan setidaknya 154 juta jiwa selama 50 tahun terakhir.
Menurut WHO, jadwal ini tetap penting bagi kesehatan dan kesejahteraan setiap anak dan setiap komunitas. Jadwal ini terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan kini melindungi anak-anak, remaja, dan orang dewasa dari 30 penyakit menular.
Baca Juga: 137 Rumah Rusak dan 550 Jiwa Terdampak Akibat Gempa M5,7 Jawa Timur
Setiap rekomendasi vaksin oleh Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE), sebuah kelompok penasihat independen untuk WHO, didasarkan pada tinjauan bukti yang ketat dan dirancang dengan cermat untuk menawarkan perlindungan terbaik terhadap penyakit serius dan diberikan saat paling dibutuhkan.
Ketika jadwal imunisasi ditunda atau terganggu, atau diubah tanpa tinjauan bukti, terdapat peningkatan tajam risiko infeksi, tidak hanya bagi anak, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Bayi yang terlalu muda untuk divaksinasi dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya berada pada risiko terbesar.
Autisme dan gangguan perkembangan saraf merupakan salah satu prioritas kesehatan mental dan kondisi neurologis yang dibahas pada Pertemuan Tingkat Tinggi PBB ke-4 tentang PTM dan kesehatan mental, pada Kamis kemarin, 25 September 2025.
“Sebagai komunitas global, kita perlu berbuat lebih banyak untuk memahami penyebab autisme dan cara terbaik untuk merawat serta mendukung kebutuhan penyandang autisme dan keluarga mereka,” ujar WHO.
Badan dunia di bawah PBB itu berkomitmen untuk memajukan tujuan ini dengan bekerja sama dengan mitra, termasuk organisasi yang dipimpin oleh penyandang autisme dan organisasi lain yang mewakili penyandang autisme dengan pengalaman hidup.
WHO juga mendukung orang-orang yang hidup dengan autisme dan keluarga mereka, suatu komunitas bermartabat yang berhak atas pertimbangan berbasis bukti yang bebas dari stigma. ***
Artikel Terkait
Alasan Terapis di Depok Jepit Kepala Anak Autis Hingga Berontak dan Menangis
Sering Dirisak, Anak Autis Punya IQ Lebih Tinggi dari Einstein Raih Gelar Master di Usia 11 Tahun
Cara Membedakan Anak Autis dengan Anak yang Normal
Profil Lavender Darcangelo, Tunanetra dan Autis, Raih Golden Buzzer, Saingan Berat Putri Ariani di AGT 2023
Sejalan dengan WHO, BPOM Bantah Klaim Parasetamol Picu Autisme