• Senin, 22 Desember 2025

Trump Kerahkan Kapal Selam Nuklir Usai Berseteru dengan Medvedev, Rusia Masih Adem Ayem

Photo Author
- Selasa, 5 Agustus 2025 | 09:40 WIB
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Foto: AP/Alexei Nikolsky)
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Foto: AP/Alexei Nikolsky)

KONTEKS.CO.ID - Rusia merespons santai pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mengklaim akan mengerahkan dua kapal selam nuklir imbas perselisihan via daring dengan mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev beberapa waktu lalu.

Trump memerintahkan pengerahan tersebut sebagai tanggapan atas apa yang dia tuduh sebagai komentar yang sangat provokatif dari Medvedev, yang mengatakan bahwa kapal selam tersebut akan ditempatkan di wilayah yang sesuai.

Trump tidak mengatakan apakah yang ia maksud adalah kapal selam bertenaga nuklir atau bersenjata nuklir. Dirinya juga tidak merinci lokasi-lokasi tersebut, yang masih dirahasiakan oleh militer AS.

Baca Juga: Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Nuklir, AS-Rusia Diambang Perang?

"Rusia sangat memperhatikan topik non-proliferasi nuklir. Dan kami percaya bahwa setiap orang harus sangat, sangat berhati-hati dengan retorika nuklir," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada para wartawan, melansir AFP, Selasa 5 Agustus 2025.

Perselisihan antara Medvedev dan Trump meletus di tengah ultimatum pemimpin AS tersebut agar Rusia mengakhiri serangan militernya di Ukraina atau menghadapi sanksi ekonomi baru, termasuk terhadap mitra dagangnya yang tersisa.

Medvedev, salah satu tokoh anti-Barat Rusia yang paling terkemuka menuduh Trump memainkan permainan ultimatum dan mengatakan bahwa Trump harus ingat bahwa Rusia adalah kekuatan yang tangguh.

"Setiap ultimatum baru merupakan ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya sendiri," katanya.

Medvedev, yang tidak mengunggah apapun di media sosial sejak perselisihan tersebut, saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.

Baca Juga: Pesawat Nirawak Rusia Bombardir Kyiv, 18 Tewas dan Ratusan Orang Terluka

Ia menjabat satu periode sebagai presiden dari tahun 2008 hingga 2012, yang secara efektif bertindak sebagai pengganti Putin, yang mampu menghindari batasan masa jabatan konstitusional dan secara de facto tetap berkuasa.

Sementara itu, Kepala Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak mendukung tindakan Trump.

"Konsep perdamaian melalui kekuatan berhasil. Saat kapal selam nuklir Amerika muncul, seorang pemabuk Rusia yang baru saja mengancam perang nuklir di X tiba-tiba terdiam," sindir Andriy.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X