KONTEKS.CO.ID - Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kembali memanas setelah Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan Presiden AS Donald Trump atas ucapannya yang dinilai tidak menghormati Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam pernyataan di platform media sosial X (dahulu Twitter) yang dikutip dari BBC, Araghchi menyatakan bahwa komentar Trump tidak dapat diterima dan kontraproduktif, terutama jika AS serius menginginkan kesepakatan damai.
“Jika Presiden Trump benar-benar menginginkan kesepakatan, ia seharusnya mengesampingkan nada tidak hormat terhadap Pemimpin Tertinggi Iran,” ujar Araghchi, Sabtu, 29 Juni 2025.
Baca Juga: Video Viral Tindakan Intoleran Sekelompok Warga di Sukabumi, Diwarnai Penurunan Papan Salib Besar!
Pernyataan itu merespons komentar keras Trump yang sebelumnya menyebut Khamenei sebagai pembohong karena menyatakan kemenangan Iran atas Israel dalam konflik 12 hari terakhir. Trump juga mengklaim dirinya telah menyelamatkan nyawa Khamenei dari serangan militer.
“Saya tahu di mana ia bersembunyi. Saya tak akan membiarkan Israel atau militer AS menghabisi nyawanya. Saya menyelamatkannya dari kematian yang buruk dan memalukan, dan bahkan ia tak mengucapkan terima kasih,” kata Trump dalam pernyataan yang dipublikasikan Jumat, 27 Juni 2025.
Menteri Araghchi pun membalas dengan nada tajam. Ia menyebut rakyat Iran tidak akan menerima ancaman maupun penghinaan dari negara asing, dan menegaskan bahwa operasi militer yang dilakukan AS dan sekutunya terhadap Iran tidak mencapai sasaran yang berarti.
“Serangan rudal terhadap fasilitas nuklir kami tidak berhasil dan tak signifikan. Rakyat Iran yang kuat telah menunjukkan kepada rezim Israel bahwa tidak ada jalan keluar kecuali bersembunyi di balik kekuatan asing,” kata Araghchi.
Baca Juga: Tiga Pejabat Kementerian PU Ditangkap KPK, Menteri Dody: Yang Tidak Bersih Disingkirkan
Saling balas pernyataan ini memperpanjang ketegangan diplomatik di tengah eskalasi militer yang dipicu oleh serangan rudal Israel ke Iran pada 13 Juni lalu. Iran membalas dengan meluncurkan Operasi True Promise 3, dan konflik meningkat setelah AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran.
Pakar hubungan internasional menilai bahwa pernyataan terbaru dari kedua belah pihak dapat memperkeruh jalur diplomasi yang telah rapuh sejak AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015 di masa jabatan pertama Trump.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri AS menanggapi balasan dari Menlu Iran. Situasi kawasan masih dalam status siaga tinggi, menyusul ancaman terbuka dan operasi militer yang berkelanjutan. ***
Artikel Terkait
Perang Israel-Iran Berkecamuk, Sufmi Dasco Imbau WNI di Wilayah Konflik Tetap Tenang: Pemerintah Lanjutkan Evakuasi
Khamenei: Iran Menang, Tak Akan Tunduk pada AS
Presiden Prabowo dan PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Perang Iran dan Israel, Serukan Gencatan Senjata Permanen
Mengenal Nostradamus, Peramal Asal Prancis yang Meramal Perang Dunia III Mulai dari Timur Tengah, Kini Pecah Perang Iran versus Israel
Iran Tuduh Rafael Grossi Khianati Tugas IAEA, Tolak Inspeksi Pascabom AS