KONTEKS.CO.ID - Pejabat dari Moskow dan Kiev telah memulai perundingan di Turki, tapi sedikit yang berharap ada kemajuan signifikan dari pertemuan tingkat rendah tersebut.
Walaupun ini langkah signifikan di amana mereka duduk bersama untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
Pejabat dari Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat tiba di Istanbul pada Jumat pagi untuk perundingan tersebut, yang pertama sejak tak lama pascainvasi Moskow ke negara tetangganya pada Februari 2022.
Baca Juga: Justin Bieber Terancam Bangkrut? Utang Rp384 M Usai Gagal Konser dan Konflik dengan Scooter Braun
Televisi Turki menunjukkan para negosiator duduk, bersama dengan perwakilan Turki, di Istana Dolmabahce di Bosphorus. Kementerian Luar Negeri Ukraina mengonfirmasi bahwa pertemuan tersebut telah dimulai.
Namun, ada kekhawatiran perundingan bisa menghasilkan kemajuan signifikan menuju gencatan senjata. Ini setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menolak tawaran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk bertemu langsung di Turki.
Harapan Kecil Ada Kesepakatan Damai
Zelenskyy mengatakan, ia akan mengirim tim yang dipimpin oleh menteri pertahanannya ke Istanbul untuk perundingan tersebut. Meskipun delegasi Rusia tidak menyertakan siapa pun yang benar-benar membuat keputusan.
Dia menuduh Moskow tidak melakukan upaya untuk mengakhiri perang.
Pengumuman Zelenskyy pada hari Kamis muncul setelah Kremlin mengatakan Putin tidak berniat untuk bertemu dengannya di Turki.
Baca Juga: BSI Tetapkan Dividen Rp1,05 Triliun, Angkat Anggoro Eko Cahyo Sebagai Dirut dalam RUPST
Sebagai gantinya, Putin mengirimkan delegasi junior untuk perundingan yang direncanakan. Ini sebuah langkah yang menurut Menteri Luar Negeri Estonia Margus Tsahkna seperti tamparan di wajah.
Ketidakhadiran Putin menghancurkan harapan akan terobosan dalam upaya gencatan senjata yang didorong dalam beberapa bulan terakhir oleh Pemerintahan Trump dan para pemimpin Eropa Barat.
Hal itu juga meningkatkan prospek bahwa beberapa sekutu Ukraina dapat menjatuhkan lebih banyak sanksi kepada Rusia.
Baca Juga: Presiden Prabowo Utus Budi Arie dan Cak Imin Hadiri Pelantikan Paus Leo XIV di Vatikan
"Delegasi Ukraina akan dipimpin oleh Menteri Pertahanan Rustem Umerov dengan tujuan mencoba setidaknya langkah pertama menuju de-eskalasi, langkah pertama menuju berakhirnya perang - yaitu, gencatan senjata," kata Zelenskyy, melansir Al Jazeera, Jumat 16 Mei 2025.
Tim Rusia dipimpin oleh penasihat presiden, Vladimir Medinsky yang juga mantan menteri kebudayaan. Dia mengatakan, dirinya memandang pembicaraan dengan Kiev sebagai "kelanjutan" dari negosiasi yang gagal pada tahun 2022.
Persyaratan yang dibahas saat itu, ketika Ukraina masih belum pulih dari invasi awal Rusia, akan sangat merugikan Kiev. Persyaratan tersebut mencakup permintaan Moskow untuk pemangkasan besar-besaran terhadap ukuran militer Ukraina.
Baca Juga: Pangeran Djatikusumah, Tokoh Sunda Wiwitan dan Pejuang Keberagaman Wafat dengan Tenang
Di Telegram, Medinsky mengatakan, timnya telah mengadakan pembicaraan "produktif" dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan pada Kamis malam.
Ia juga berharap perwakilan Ukraina hadir untuk berdiskusi di Istanbul pada hari Jumat pukul 10 pagi waktu setempat. ***
Artikel Terkait
Zelenskyy Akui Serangan Balasan Ukraina Sulit Tembus Pertahanan Rusia
Mau 'Cuci Tangan', Vladimir Putin Minta Maaf atas Kecelakaan Azerbaijan Airlines
Zelensky Sebut Putin Akan Segera Meninggal dan Perang Akan Berakhir
Turki Bergejolak! Ratusan Ribu Warga Tuntut Pembebasan Imamoglu
Indonesia Ingin Gabung dalam Proyek Jet Tempur Turki dan Kapal Selam