KONTEKS.CO.ID - Google telah mengakuisisi Wiz, perusahaan keamanan teknologi asal Israel. Hal itu pun menjadi perhatian para pengamat.
Pasalnya, terdapat satu aspek yang menarik yakni, latar belakang para pendiri Wiz yang semuanya merupakan veteran Unit 8200, divisi intelijen siber militer Israel.
Sebagai informasi, unit 8200 terkenal sebagai salah satu unit elite dalam dunia intelijen yang bertugas mengumpulkan informasi, melakukan pengawasan, meretas sistem, serta mengembangkan teknologi keamanan siber.
Baca Juga: Indonesia Disebut Akan Banjir Barang dari China Imbas Kebijakan Tarif Trump
Berperan dalam pengumpulan data untuk kepentingan militer, unit ini juga pernah dituding oleh mantan anggotanya melakukan pengawasan massal terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan dengan tujuan “persekusi politik.”
Dalam beberapa dekade terakhir, Unit 8200 telah menjadi batu loncatan bagi banyak anggotanya untuk meniti karier di industri teknologi global.
Banyak perusahaan teknologi besar, termasuk startup terkemuka, didirikan oleh mantan personel unit ini.
Baca Juga: Tips Menghemat Baterai iPhone Saat Perjalanan Jauh, Tetap Terhubung dengan Keluarga dan Teman
"Dulu, para alumni Unit 8200 jarang membicarakan latar belakang mereka. Namun kini, mereka justru menggunakannya dalam siaran pers untuk menarik perhatian investor dan klien,” ungkap The Wall Street Journal dalam sebuah laporan tahun lalu mengenai hubungan erat antara unit ini dan industri teknologi AS.
Akuisisi Wiz oleh Google hanya salah satu dari serangkaian akuisisi besar perusahaan teknologi Israel oleh Silicon Valley.
Sebelumnya, perusahaan keamanan siber Israel seperti Dig Security dan Talon CyberSecurity juga diakuisisi oleh Palo Alto Networks dengan nilai hampir $1 miliar atau sekitar Rp161 triliun hanya beberapa minggu setelah perang di Gaza dimulai.
Banyak yang mulai mempertanyakan sejauh mana pengaruh veteran Unit 8200 dalam industri teknologi AS.
Baca Juga: Pertaruhkan Sistem Keamanan, Google Dikabarkan Beli Perusahaan Eks Mata-mata Israel Rp500 Triliun
Seorang insinyur perangkat lunak dan pendiri Tech for Palestine, Paul Biggar mengatakan, kekhawatirannya terhadap dominasi para mantan agen intelijen ini di perusahaan-perusahaan teknologi besar.
Artikel Terkait
Ledakan Pipa Gas di Malaysia, 112 Luka dan 190 Rumah Terdampak
Prancis: Konfrontasi Militer Tak Bisa Dihindari Jika Tak Ada Kesepakatan Nuklir Iran yang Baru
Bill Gates Prediksi Profesi Guru dan Dokter Bakal Hilang 10 Tahun Mendatang Dilindas AI
Pertaruhkan Sistem Keamanan, Google Dikabarkan Beli Perusahaan Eks Mata-mata Israel Rp500 Triliun
Indonesia Disebut Akan Banjir Barang dari China Imbas Kebijakan Tarif Trump