• Minggu, 21 Desember 2025

Prancis: Konfrontasi Militer Tak Bisa Dihindari Jika Tak Ada Kesepakatan Nuklir Iran yang Baru

Photo Author
- Kamis, 3 April 2025 | 11:50 WIB
Prancis khawatir perang bakal pecah di Iran akibat program nuklir dari Negara Mullah tersebut, (Saudi Gazette)
Prancis khawatir perang bakal pecah di Iran akibat program nuklir dari Negara Mullah tersebut, (Saudi Gazette)

KONTEKS.CO.ID - Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, memperingatkan jika dunia tidak dapat mencapai kesepakatan baru dengan Iran atas program nuklirnya, maka konfrontasi militer tampaknya hampir tak terelakkan.

Hal itu Jean-Noel Barrot sampaikan setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan yang dirahasiakan dengan para menteri dan pakar utama pada Rabu 2 April 2025. Mereka membahas berkas Iran.

Kekuatan Eropa berupaya menciptakan jalur diplomatik dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan guna mengekang aktivitas pengayaan uranium Iran pada musim panas dan sebelum batas waktu Oktober 2025. Yakni, ketika sanksi PBB terkait dengan kesepakatan tahun 2015 mengenai program nuklir Iran dengan kekuatan dunia berakhir.

Baca Juga: Pengumuman Tarif Impor Donald Trump Lambungkan Harga Emas Antam

Poros Barat mengatakan, program nuklir Iran merupakan upaya terselubBaca Juga: Tak Lagi Bersuara Lantang, Warganet Prediksi Najwa Shihab Bakal Jadi Menteriung untuk mengembangkan bom atom. Iran telah lama membantah di tengah upayanya mendapatkan senjata nuklir.

"Jendela kesempatan itu sempit. Kita hanya punya beberapa bulan hingga berakhirnya perjanjian ini (2015). Jika gagal, konfrontasi militer tampaknya hampir tak terelakkan," ancam Barrot dalam sidang parlemen.

Pertemuan kabinet sebelumnya, yang dikonfirmasi oleh tiga sumber diplomatik, jarang terjadi dan menyoroti meningkatnya kekhawatiran di antara sekutu-sekutu Washington di Eropa. 

Baca Juga: Arah Puncak Bogor Macet, Diberlakukan Satu Arah Prioritas Naik

Mereka khawatir Amerika Serikat dan Israel dapat melancarkan serangan udara terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran, kecuali ada kesepakatan yang dinegosiasikan dengan cepat mengenai program nuklirnya.

"AS telah memperkuat kemampuan militer di Timur Tengah dengan lebih banyak pesawat tempur," kata Pentagon pada Selasa kemarin di tengah kampanye pengeboman AS terhadap Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman dan didukung Iran.

Seorang pejabat senior Eropa ,mengatakan para ahli strategi Eropa bertanya pada diri mereka sendiri apakah kampanye itu dapat menjadi pendahulu serangan AS terhadap Iran dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Nekat Terabas Ganjil Genap Jalur Puncak Bogor, Sanksi Ini Menanti Pengendara

Trump, yang mendesak Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk segera terlibat dalam negosiasi, mengancam Iran pada hari Minggu dengan pemboman dan tarif sekunder jika tidak mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya.

Sumber-sumber diplomatik mengatakan, para menteri dari Prancis, Inggris, dan Jerman, yang semuanya merupakan pihak dalam kesepakatan 2015, berharap membahas berkas Iran dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio ketika mereka bertemu di Brussels untuk pertemuan menteri NATO pada pekan ini.

Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 yang menetapkan batasan ketat pada aktivitas nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi. Sejak saat itu, Iran telah jauh melampaui batasan kesepakatan itu pada pengayaan uranium, memproduksi stok pada tingkat kemurnian fisil yang tinggi. 

Baca Juga: Tol Japek II Selatan Dioperasikan Gratis untuk Mengurai Kepadatan Arus Balik Lebaran 2025

Ini jauh di atas apa yang dikatakan negara-negara Barat dapat dibenarkan untuk program energi sipil dan mendekati yang dibutuhkan untuk hulu ledak nuklir. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X