KONTEKS.CO.ID - Tim penyelamat tidak lagi mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan di sekolah Pesantren Al Khoziny Sidoarjo yang runtuh.
Padahal ada 59 orang yang diyakini hilang beberapa hari setelah bangunan ambruk.
Hal ini disampaikan pejabat berwenang pada Kamis 2 Oktober 2025.
Baca Juga: Sah, Kementerian BUMN Resmi Berubah Jadi Badan Pengaturan BUMN
Pernyatan itu menimbulkan kekhawatiran tidak ada lagi korban selamat yang akan ditemukan.
Bagian dari sekolah asrama bertingkat itu runtuh mendadak pada Senin 29 September 2025, saat siswa berkumpul untuk salat sore.
Setelah berhari-hari operasi penyelamatan, 59 orang masih dikhawatirkan tertimbun reruntuhan, sementara lima orang telah dipastikan tewas.
Baca Juga: Hari Batik Nasional 2 Oktober: Sejarah, Makna, dan Perjalanan Batik Jadi Warisan Dunia
“Kami menggunakan peralatan canggih seperti drone termal, dan secara ilmiah, tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan,” kata Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Keluarga korban yang putus asa menunggu dengan cemas di dekat lokasi untuk kabar orang tercinta.
Warga sekitar sekolah bahkan menawarkan rumah mereka untuk tempat menunggu keluarga korban, begitu pantauan AFP.
Baca Juga: Mahfud MD: Korban MBG Bisa Gugat ke Pengadilan
“Saya sudah di sini sejak hari pertama. Saya berharap ada kabar baik, bahwa adik saya selamat. Saya masih berharap,” kata Maulana Bayu Rizky Pratama, yang adik laki-lakinya berusia 17 tahun masih hilang.
“Sudah empat hari, saya berharap adik saya segera ditemukan. Saya sedih membayangkan dia berada di bawah reruntuhan selama empat hari,” kata pria 28 tahun itu.