Ketiga kondisi itu adalah tanpa pre-spin, dengan pre-spin searah putaran alami shuttlecock, dan dengan pre-spin berlawanan arah putaran alami.
Mereka menemukan kok melewati tiga fase selama servis, yaitu fase pergantian (turnover), fase osilasi, dan fase stabilisasi.
“Pre-spin memengaruhi perilaku osilasi kok, dan spin serve dengan pre-spin yang berlawanan arah putaran alami kok cenderung memperpanjang fase osilasi,” kata Zhang.
“Efektivitas spin serve juga tergantung pada arah rotasi kecepatan pre-spin.”
Baca Juga: Indra Wijaya Ungkap Persiapan Terakhir Tunggal Putra Menuju Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025
Penelitian ini menghadirkan simulasi CFD 3D pertama yang mempelajari trajektori shuttlecock selama spin serve.
Terinspirasi oleh gerakan tidak stabil yang mereka amati dalam simulasi, para peneliti mengatakan mereka ingin mempelajari lebih banyak strategi servis.
Hal itu untuk mengungkap fisika di baliknya dan membantu banyak pemain yang mencintai olahraga ini.
Baca Juga: Pertamina Servis Gratis Kendaraan yang Rusak setelah Isi Bensin
“Penelitian kami selanjutnya akan fokus pada penangkapan trajektori shuttlecock menggunakan sistem motion capture dan membantu atlet menyempurnakan keterampilan servis mereka,” ujar Zhang.***
Artikel Terkait
Herry IP Resah, Minta Malaysia Bersatu di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025, Ini Sebabnya
Start Berat, India Ungkap Keyakinan Bisa Bersaing di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025
Mau Akhiri Masa Lajang, Fajar Alfian Tolak Tema Bulu Tangkis di Prosesi Pernikahan
Main Bulu Tangkis di Jalan Raya Didenda Polisi Rp140 Ribu, Ada-Ada Saja