Konflik di Taman Nasional Tesso Nilo di Riau menjadi perbincangan hangat di publik, terutama di media sosial. Taman Nasional Tesso Nilo sendiri dikenal sebagai habitat gajah Sumatra.
Baca Juga: Desember 2025–Februari 2026: Cuaca Indonesia Masuk Mode Hardcore, BMKG Ingatkan Potensi Ekstrem
Sementara, Horrison Ford sedang menggarap serial dokumenter televisi tentang kerusakan alam, terkhusus hutan berjudul Years of Living Dangerously.
Di lapangan dia menyaksikan langsung begitu masifnya kerusakan hutan di TNTN dari udara menggunakan helikopter.
Bukan hanya dari udara, Ford juga memasuki kawasan TNTN yang menjadi habitat gajah. Ia mengaku kaget karena kawasan tersebut sudah berubah menjadi kebun sawit.
Kondisi itu mendorongnya untuk menemui menhut kala itu, Zaulkifli Hasan (Zulhas). Ia berhasil menemui Zulhas dan menyampaikan berbagai keheranannya.
Setelah itu, rupanya kerusakan TNTN masih terus terjadi. Sesuai SK Menhut pada tahun 2014 lalu, luas TNTN 81.739 hektare.
Baca Juga: Imbas Banjir Bandang Aceh-Sumatra, DPR Usul Prabowo Bentuk Kementerian Khusus Urus Bencana
Kerusakan hutan di TNTN itu sudah terjadi dari 12 tahun silam dan sampai kini masih terjadi.
Sebelum tahun 2014, luas kawasan TNTN terus menurun. Pada tahun 2009, citra satelit Google Earth menunjukkan bahwa kawasan tersebut masih nampak hijau.
Namun pada 2012, wilayah TNTN berwarna cokelat dan tambah parah pada 2014, yakni hampir seluruhnya berwarna cokelat.
Taman nasional yang menjadi rumah bagi gajah itu hanya tersisa sekitar 70 ribu hektare. Sisanya raib menjadi kebun sawit ilegal dan lain-lain.***