KONTEKS.CO.ID – Kabar bahwa 85 persen Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Pelalawan, Riau, berubah menjadi kebun sawit sontak membetot perhatian publik.
Berdasarkan SK Menhut Nomor 6588/Menhut‑VII/KUH/2014 tertanggal 28 Oktober 2014, luas TNTN 81.739 hektare. Namun kabarnya, sebanyak 85 persennya sudah menjadi perkebunan sawit, permukiman penduduk hingga fasilitas umum.
Menyusutnya luas lahan TNTN tersebut membetot perhatian publik, khususnya pascaterjadi bencana banjir, banjir bandang, dan longsor yang terbilang dahsyat di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
Bencana yang terjadi di tiga provinsi tersebut membuat video percakapan antara aktor Hollywood, Harris Ford dan Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan pada 2013 silam pun kembali muncul dan viral.
Kala itu, Ford tengah menggarap serial dokumenter televisi tentang kerusakan alam, terkhusus hutan berjudul Years of Living Dangerously.
Ford menyaksikan langsung begitu masifnya kerusakan hutan di TNTN dari udara menggunakan helikopter.
Baca Juga: Anak Gajah Sumatra Usia Dua Tahun Tiba-Tiba Mati di Taman Nasional Tesso Nilo Pelalawan Riau
Bukan hanya dari udara, Ford juga memasuki kawasan TNTN yang menjadi habitat gajah. Ia mengaku kaget karena kawasan tersebut sudah berubah menjadi kebun sawit.
Kondisi itu mendorongnya untuk menemui menhut kala itu, Zaulkifli Hasan (Zulhas). Ia berhasil menemui Zulhas dan menyampaikan berbagai keherannannya.
Setelah itu, rupaya kerusakan TNTN masih terus terjadi. Sesuai SK Menhut pada tahun 2014 lalu, luas TNTN 81.739 hektare.
Baca Juga: Dibabat buat Lahan Kelapa Sawit dan Permukiman, Taman Nasional Tesso Nilo Coba Dipulihkan
Kerusakan hutan di TNTN itu sudah terjadi dari 12 tahun silam dan sampai kini masih terjadi.
Sebelum tahun 2014, luas kawasan TNTN terus menurun. Pada tahun 2009, citra satelit Google Earth menunjukkan bahwa kawasan tersebut masih nampak hijau.
Namun pada 2012, wilayah TNTN berwarna cokelat dan tambah parah pada 2014, yakni hampir seluruhnya berwarna cokelat.
Taman nasional yang menjadi rumah bagi gajah itu hanya tersisa sekitar 70 ribu hektare. Sisanya raib menjadi kebun sawit ilegal dan lain-lain.
Flora dan Fauna TNTN
Setidaknya, terdapat 360 jenis flora, 107 jenis burung, 50 jenis ikan, 23 jenis mamalia, 18 jenis amfibi, 15 jenis reptil, dan 3 jenis primata.
Ini sebagaimana dilansir dari Wikipedia di Jakarta pada Selasa, 2 Desember 2025. Hutan tropis TNTN juga merupakan rumah bagi sekitar 60-80 ekor gajah dan harimau sumatera serta rusa.
Namun TNTN kian tak ramah bagi gajah dan penghuni lainnya karena alih fungsi menjadi kebun sawit.
Bukan hanya buat hewan atau fuana, demikian bagi flora. Sedikitnya terdapat 360 jenis yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku.
Sedangkan untuk tanaman pohon terdapat 215 jenis dan tanaman anak pohon sebanyak 305 jenis. Di dalamnya juga ada 218 jenis tumbuhan vaskular di petak lahan seluas 200 m2. Vegetasi tumbuhan menutupi 90 persen dari luar kawasan.
Beberapa jenis tumbuhan sudah terancam punah dan masuk dalam data Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Jenisnya antara lain kayu batu, kempas, jelutung, kulim, tembesu, gaharu, ramin, keranji, meranti, keruing, dan durian.
Operasi Penertiban Kebun Sawit Ilegal
Aparat penegak hukum berupaya mengembalikan TNTN. Operasi penertiban dilakukan oleh tim gabungan Ditjen Gakkum Kehutanan, Satgas PKH, Balai Taman Nasional Tesso Nilo, dan instansi terkait.
Hasilnya, sekitar 4.700 hektare kebun sawit ilegal di dalam kawasan TNTN disita untuk dikembalikan menjadi hutan lindung. Namun penertiban tersebut bukan tampa hambatan.
Dilansir dari laman Kemenhut, sekelompok massa menolak penertiban kebun sawit ilegal dan berujung pada perusakan sarana prasarana negara di pos penjagaan.
Menyikapi memanasnya eskalasi tersebut, Ditjen Gakkum Kehutanan dan Satgas PKH bersama Kodam XIX/Tuanku Tambusai memperkuat pengamanan Tesso Nilo dengan menurunkan tambahan 30 prajurit Kodam dan 20 personel Polisi Kehutanan serta Satuan Polhut Reaksi Cepat (SPORC).
Penguatan ini bertujuan mengamankan kembali pos komando taktis, mencegah perusakan berulang, serta memastikan operasi penertiban dan pemulihan ekosistem tetap berjalan.
Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan, Dwi Januanto Nugroho, menegaskan, penegakan hukum di Tesso Nilo untuk mengembalikan taman nasional ini sebagai rumah Domang dan kawanan gajah lainnya.
"Bukan [untuk] hamparan kebun sawit," kata Dwi.***
Artikel Terkait
KLHK Tangkap Bandar Perambah Hutan TN Tesso Nilo
Dunia Konservasi Berduka, Rahman Gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo Mati dengan Gading Hilang
Dunia Konservasi Berduka, Rahman Gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo Mati Lemas dan Gading Hilang
Dibabat buat Lahan Kelapa Sawit dan Permukiman, Taman Nasional Tesso Nilo Coba Dipulihkan
Misteri Kematian Mendadak Anak Gajah Sumatra di Taman Nasional Tesso Nilo, Ada Petunjuk Perut Kembung