KONTEKS.CO.ID – Komunitas ilmiah global menyoroti bahaya risiko gempa megathrust yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia.
Peringatan itu para pakar kegempaan dunia sampaikan dalam Geohazard Webinar #5 bertema “Understanding Geohazard With GNSS”, pada pekan ini.
Prof Kosuke Heki dari Hokkaido University sebagai Visiting Researcher di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN memberikan insight-nya mengenai “Nankai Trough Earthquake in Southwest Japan: What can we learn to mitigate disasters in Indonesia?.”
Menurut dia, gempa besar di zona Nankai Trough di Jepang bukan sekadar ancaman lokal. Tetapi juga sumber pembelajaran global bagi negara rawan megathrust seperti Indonesia.
Profesor ternama Jepang itu menjelaskan dasar mengenai siklus megathrust. “Kami memahami bahwa gempa bumi berkekuatan 8 terjadi dalam interval yang jauh lebih pendek sekitar 50-100 tahun. Jadi, ini adalah pandangan klasik kami sebelum gempa bumi,” kata Heki, mengutip Sabtu 6 Desember 2025.
Heki menegaskan, gempa besar tetap menjadi perhatian serius, meskipun waktu pastinya sulit diprediksi. Ia menambahkan pentingnya pengamatan deformasi jangka panjang melalui Global Navigation Satellite System (GNSS) dan pengukuran dasar laut.
Baca Juga: Sekjen Liga Muslim Dunia Puji Praktik Kerukunan di Indonesia: Terbaik di Dunia!
“Kemudian kita dapat melihat bahwa kopling antar-seismik yang saling mengunci terjadi hampir di sumbu palung. Jadi, bahkan di bagian batas besar yang sangat dangkal, terdapat regangan yang terakumulasi untuk gempa berikutnya,” paparnnya.
Lebih lanjut disampaikan, slow slip event (SSE) atau preslip, meskipun gerakannya kecil, dapat menjadi indikator penting sebelum munculnya gempa besar.
“Fenomena ini telah diamati berulang di Nankai Trough dan bagian lain Jepang. Salah satu peristiwa pergeseran lambat ini mungkin memicu gempa palung Nankai berikutnya,” tambah Prof Heki.
Pemaparan ini sangat relevan bagi Indonesia, yang memiliki zona subduksi aktif seperti Mentawai, Jawa, Bali, Lombok, hingga Maluku.
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan jaringan GNSS guna mendeteksi deformasi jangka panjang dan preslip sebelum gempa.